SUARA INDONESIA

Kasus DBD Mengganas, BMKG Ungkap Penyebabnya

Muhammad Nurul Yaqin - 01 May 2024 | 12:05 - Dibaca 432 kali
News Kasus DBD Mengganas, BMKG Ungkap Penyebabnya
Peluncuran DBDKlim di Bali sebagai upaya penanganan kasus DBD. (Foto: Istimewa).

SUARA INDONESIA, BALI - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di RI mengganas. Peningkatan kasus penyakit akibat nyamuk Aedes Aegypti ini terus bertambah.

Data Kemenkes RI, lonjakan kasus naik tiga kali lipat jika dibanding tahun sebelumnya. Hingga minggu ke-16 di 2024, tercatat sudah ada 76.132 kasus orang terinfeksi DBD.

Kasus DBD ini menyeluruh di berbagai wilayah di Indonesia. Seperti di Provinsi Bali, DBD jadi perhatian serius pemerintah.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali meluncurkan layanan informasi iklim terapan untuk penyakit DBD yang dikenal sebagai DBDKlim untuk wilayah Bali. 

Sistem aplikasi informasi online berbasis web tersebut untuk memberikan peringatan dini penyakit DBD melalui parameter iklim yang menyediakan prediksi angka insiden DBD. 

DBDKlim dikembangkan melalui kerjasama penerapan penelitian yang berkelanjutan dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) semenjak tahun 2017, dengan capaian peluncuran DBDKlim untuk DKI Jakarta pada tahun 2019 yang operasionalisasinya terus berlanjut hingga saat ini.

Peluncuran Produk Layanan DBDKlim Provinsi Bali digelar seusai acara Seminar Nasional Iklim dan Kesehatan bertema “Pemanfaatan Informasi Iklim BMKG untuk Antisipasi Kejadian DBD” yang digelar di Ruang Theater Dr. A.A. Made Djelantik, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, pada Selasa, 30 April 2024, kemarin.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dr. Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan, Keynote Speech sekaligus meluncurkan DBDKlim. Perubahan iklim adalah ancaman kesehatan global terbesar abad-21 yang berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Dalam hal ini penyakit DBD sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, sanitasi, dan kondisi iklim. Iklim berperan dalam memberikan lingkungan yang kondusif untuk nyamuk berkembang, sehingga iklim menjadi faktor sangat penting terutama di awal masa perkembangan nyamuk. 

“Semakin lembab suatu wilayah, maka nyamuk akan semakin banyak,” kata Ardhasena.

Risiko warga digigit nyamuk penyebab DBD juga makin tinggi. Sebagai upaya meminimalkan kejadian DBD maka diluncurkan DBDKlim. DBDKlim menghasilkan peta berdasarkan iklim, dimana peta ini menunjukan prediksi rata - rata kelembaban udara di Provinsi Bali dan juga persentase tingkat keyakinannya yang kemudian dibagi menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Selain itu DBDKlim juga menghasilkan peta angka DBD skala bulanan untuk tiga bulan ke depan di Provinsi Bali, dimana prediksi dibagi menjadi tiga kategori, hijau artinya aman, orange waspada dan merah artinya awas. Singkatan dari level kewaspadaan adalah Awas, Waspada, Aman (AWAn).

Informasi mengenai prediksi kejadian DBD ini, tambah Ardhasena, sebagai bentuk kewaspadaan dini melalui parameter iklim, dan disampaikan agar dapat diambil langkah-langkah antisipasi sedini mungkin oleh pihak-pihak terkait.

“Jadi, DBDKlim agar masyarakat waspada, namun tidak perlu panik karena DBD dapat dicegah dengan program pengendalian vektor DBD,” ujarnya.

Selain dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, kata Ardhasena, kegiatan lain yang dapat mencegah perkembangbiakan dan gigitan nyamuk aedes adalah pelibatan masyarakat melalui Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap RT/RW. 

DBDKlim merupakan salah satu dari layanan informasi iklim terapan dari BMKG. Saat ini BMKG Kedeputian Klimatologi telah menyediakan sedikitnya 14 layanan informasi iklim terapan untuk menyikapi dampak perubahan iklim di berbagai sektor. 

Antara lain; Peringatan Dini Iklim Ekstrim, Prakiraan Musim Kemarau, Prakiraan Musim Hujan, Prakiraan Daerah Potensi Banjir, Prakiraan Potensi Energi Surya, Informasi Gas Rumah Kaca, Informasi pH air hujan, dan lainnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV