SUARA INDONESIA

Siapkan Generasi Emas 2045, BKKBN Bersama Cak Nun Getol Sosialisasi Stunting Ke Pesantren di Mojokerto

Mohamad Alawi - 14 December 2022 | 06:12 - Dibaca 1.47k kali
Khazanah Siapkan Generasi Emas 2045, BKKBN Bersama Cak Nun Getol Sosialisasi Stunting Ke Pesantren di Mojokerto
Kegiatan promosi kesehatan reproduksi dan percepatan penurunan stunting berbasis pondok pesantren bersama mitra kerja di Ponpes Segoro Agung Trowulan, Mojokerto, Senin (26/12/2022) mendatang.

 

Mojokerto - Mempersiapkan generasi emas 2045 bukan hal mudah. Stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak dibawah usia dua tahun di Indonesia. 

Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. 

"Hal ini disebabkan balita stunting mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya," ungkap Kepala BKKBN sekaligus Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) seperti dilansir dari bkkbn.go.id, 

Data Bank Dunia atau World Bank mengatakan angkatan kerja yang pada masa bayinya mengalami stunting mencapai 54%. Artinya, sebanyak 54% angkatan kerja saat ini adalah penyintas stunting. Hal inilah yang membuat stunting menjadi perhatian serius pemerintah.

Pemerintah Indonesia menargetkan angka Stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024. 

Dokter Hasto mengatakan angka stunting disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi. Menurut Hasto diantara 5 juta kelahiran bayi setiap tahun, sebanyak 1,2 juta bayi lahir dengan kondisi stunting. Stunting itu adalah produk yang dihasilkan dari kehamilan. Ibu hamil yang menghasilkan bayi stunting. Saat ini, bayi lahir saja sudah 23% prevalensi stunting. Kemudian setelah lahir, banyak yang lahirnya normal tapi kemudian jadi stunting hingga angkanya menjadi 27,6%. Artinya dari angka 23% muncul dari kelahiran yang sudah tidak sesuai standar.

"Penyebab lain, 11,7% bayi terlahir dengan gizi kurang yang diukur tidak sampai 48 sentimeter dan berat badannya tidak sampai 2,5 kilogram. Yang lahir normal pun masih ada yang kemudian jadi stunting karena tidak dapat ASI dengan baik, kemudian asupan makanannya tidak cukup," jelas Hasto.

Selain itu, Hasto mengingatkan pentingnya menyiapkan kesehatan yang prima sebelum melangkah ke jenjang pernikahan . Hasto mengkritik kebiasaan masyarakat yang memilih mengeluarkan biaya hingga puluhan juta untuk sekadar melakukan prewedding, tapi tidak memikirkan hal yang lebih mendesak yakni prakonsepsi.

“Prakonsepsi itu sangat murah, calon ibu hanya minum asam folat, periksa hb (hemoglobin), minum tablet tambah darah gratis kalau di Puskesmas, biaya untuk persiapannya tidak lebih Rp 20.000. sementara, suami hanya perlu mengurangi rokoknya, kemudian suami minum zinc supaya spermanya bagus. Kalau mau menikah, laki-lakinya itu harus menyiapkan 75 hari sebelum menikah. Karena sperma dibuat selama 75 hari," Imbuhnya.

Hasto juga berharap para calon ibu hamil tidak melakukan diet ketat. “Misalnya ingin langsing, melakukan diet ketat, padahal perempuan mengalami menstruasi setiap bulan, bleeding (perdarahan) sebanyak 100-200 cc. Kalau dia kekurangan nutrisi, anaknya bisa stunting, kan repot, ungkap Hasto. Semua hal ini dilakukan untuk memastikan calon pasangan suami istri dan atau perempuan yang sudah menikah dan ingin hamil memiliki kriteria kesehatan yang baik untuk memproduksi, mengandung serta melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.

Kasus Stunting di Kabupaten Mojokerto

BKKBN akan menggelar promosi kesehatan reproduksi dan percepatan penurunan stunting berbasis pondok pesantren bersama mitra kerja di Ponpes Segoro Agung Trowulan, Mojokerto, Senin (26/12/2022) mendatang. Kegiatan ini akan menghadirkan Budayawan MH. Ainun Najib (Cak Nun) dan Kyai Kanjeng. 

Kasus balita stunting di Kabupaten Mojokerto cukup meresahkan. Pemkab Mojokerto saling bergandengan tangan atasi balita stunting yang cukup banyak. 

Menurut hasil Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, Kabupaten Mojokerto mencapai 27,4 persen atau 25.806 jiwa berdasarkan. 

Sedangkan jumlah balita menurut Bupati Mojokerto Ikfina Fatmawati, berjumlah 94.182 jiwa per Januari 2022.

Angka Stunting Kabupaten Mojokerto berada di atas angka rata-rata Nasional 22 persen. 

Menurut Bupati Ikfina, hasil survei SSGI itu perlu dikaji ulang. Yakni dengan monitoring langsung semua balita yang ada di kabupaten Mojokerto melalui puskesmas dan posyandu.

"Kita akan pengadaan alat ukur panjang badan. Kita akan bagikan kepada semua posyandu-posyandu di semua desa dan saya minta tolong ukur semua tanpa terkecuali," jelas Bupati Ikfina. 

Inovasi Pemkab Mojokerto Atasi Stunting

Pemkab Mojokerto tidak berpangku tangan, membentuk Tim Percepatan Penurunan Angka Stunting (TPPS) sampai tingkat Kecamatan dan Desa. 

Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dijadikan pasukan terdepan. 

Sejumlah inovasi program digencarkan. Targetnya, menekan angka stunting menjadi 15,96 persen di tahun 2024.

Bupati Ikfina menjelaskan, terdapat dua intervensi pencegahan stunting yakni Intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

"Intervensi spesifik, contohnya remaja, calon pengantin,ibu hamil, dan balita. Intervensi sensitif seperti air minum layak, sanitasi layak, penerima bantuan iuran JKN, bantuan tunai bersyarat bantuan sosial pangan, pelayanan KB, menekan angka kehamilan, dan pemberian informasi mengenai stunting," terangnya.

Pemkab Mojokerto menggulirkan sejumlah program. Pertama, program intervensi spesifik untuk remaja putri. Yakni Jumat cerita minum tablet zat besi bersama-sama supaya cantik, energik, rajin dan inovatif. Program kedua, Capingmas, calon pengantin masa depan emas.

"tiga bulan sebelum menikah dilakukan pemeriksaan fisik maupun laboratorium terhadap calon pengantin. Kami bekerja sama dengan pengadilan agama. Tujuannya untuk menekan dispensasi nikah supaya pendewasaan usia nikah bisa kami laksanakan," jelasnya.

Program inovatif ketiga yang digulirkan Bupati Ikfina yaitu Pinarak, pantau ibu janin aman dari risiko kehamilan. Keempat, program Selada Bu Harti, selamatkan dampingi ibu hamil risiko tinggi. Setiap posyandu di Kabupaten Mojokerto mempunyai 1 kader khusus yang bertugas mendampingi ibu hamil risiko tinggi. Terdapat 1.287 posyandu di Bumi Majapahit.

"Untuk ibu bersalin, kami punya program di seluruh puskesmas, yaitu Permen Simela, persalinan aman siap siaga melayani. Jadi, semuanya sudah tercatat prediksi hari persalinan, sudah jelas akan melahirkan di puskesmas mana, dijemput dan diantar," terangnya.

Program keenam adalah Nensi, nenek cantik pejuang ASI untuk ibu-ibu menyusui yang sibuk bekerja. Program ini memberdayakan nenek-nenek agar rajin memberikan ASI kepada cucunya saat ditinggal anaknya bekerja. Tentu saja ASI yang sudah diperah sang ibu. Selanjutnya, program untuk ibu-ibu baru melahirkan agar siap menyusui.

Buli Gasibu menjadi program kedelapan untuk menekan angka stunting di Kabupaten Mojokerto. Yaitu budi daya lele atasi gizi buruk untuk memberi asuhan gizi kepada para balita yang terdeteksi gizi buruk. Program kesembilan adalah Paud Holistik Integratif untuk para batita. Melalui program ini, para guru PAUD diharapkan juga mampu memeriksa kesehatan dan tumbuh kembang anak.

"Kalau program Bude Jamila, buang air dengan jamban bersih dan layak, target kami semua keluarga punya jamban yang layak. Untuk memudahkan monitoring program-program tersebut, kami menunggu aplikasi yang sedang dibuat Diskominfo Kabupaten Mojokerto," tutup Ikfina.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Mohamad Alawi
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV