SUARA INDONESIA

Penambangan Gunung Kapur Merajalela, Inilah Dampak Negatif Yang Bisa Terjadi

Ambang Hari Laksono - 03 August 2022 | 14:08 - Dibaca 11.18k kali
Artikel Penambangan Gunung Kapur Merajalela, Inilah Dampak Negatif Yang Bisa Terjadi
Penambangan Kapur di Puger, Jember, Jawa Timur (Foto : Youtube)

SUARA INDONESIA - Pengelolaan lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, mengingat manusia selalu berusaha untuk memaksimalkan segala perwujudan keinginannya dan seringkali dengan cara yang secepat mungkin, sehingga cenderung mengorbankan kepentingan lingkungannya (Purnaweni Hartuti, 2014). 

Keadaan ini menyebabkan penambangan batugamping sangat intensif dilakukan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Gunung Sadeng, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur. deretan pegunungan kapur selatan, sehingga Kabupaten Jember memiliki sumber daya mineral C yaitu batugamping yang terletak di Gunung Sadeng, Kecamatan Puger.

Gunung Sadeng merupakan bukit padat (batugamping) yang secara administratif terletak di Desa Grendeng, Puger Kulon dan Puger Wetan, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Gunung ini memiliki ketinggian 245 m dengan luas +285 ha. Batugamping Gunung Sadeng merupakan bahan galian industri yang potensial di Kecamatan Puger karena cadangan depositnya yang mencapai 475,8 juta ton dengan luas penambangan 183 hektar kualitas super putih atau high grade.

Pegunungan kapur Sadeng dipenuhi para penambang liar menurut sumber rri.co.id, hal inilah yang menyebabkan banyaknya dampak yang terjadi akibat penambangan batu kapur hingga tak terkendali. Banyaknya kebutuhan masyarakat akan semen yang bahan dasarnya berasal dari pegunungan kapur menyebabkan banyak penambang berusaha mendapatkan kapur secara besar-besaran sehingga menyebabkan penambangan batu kapur tidak terkendali.

Penambangan batu kapur yang tidak terkendali menimbulkan banyak dampak negatif bagi masyarakat, lingkungan, dan makhluk hidup di sekitar gunung kapur Sadeng. Berikut ini adalah dampak yang terjadi akibat penambangan dari pegunungan kapur:

Merusak Konservasi Fauna

Akibatnya, fauna seperti burung, serangga, dan fauna lainnya berangsur-angsur berkurang keberadaannya karena habitatnya, seperti tumbuh-tumbuhan, telah berubah menjadi lahan pertambangan.

Kerusakan habitat tanaman

Dampak yang dapat terjadi adalah tidak dapat kembali ke kondisi semula, dapat menyebabkan terjadinya longsor, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menutupnya kembali dengan tanah agar lapisan atasnya ditumbuhi kembali dengan tanaman.

Menghasilkan Proses Pengupasan

Pengupasan, pengeboman, pembersihan vegetasi yang dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah menyebabkan tanah longsor.

Polusi Udara

Masuknya atau masuknya zat, energi, atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas udara ambien turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Dampak Negatif Bagi Sesama Manusia

Mendaki lebih banyak batu kapur terbukti dengan jatuhnya korban yang meninggal

karena jatuh dari ketinggian, runtuhnya batu kapur dari atas tebing

menabrak para penambang dan menyebabkan kematian, gangguan sistem

pernafasan.

Pegunungan kapur agar dapat bertahan lama perlu adanya kegiatan gotong royong sesama pekerja tambang dan pihak lain yang terkait dengan pertambangan untuk bersama-sama menjaga lingkungan Gunung Sadeng, misalnya mengembalikan tanah yang sudah terkupas atau galian kembali ke tempat asalnya agar vegetasi dapat tumbuh kembali dan berfungsi sebagaimana mestinya agar penambangan batu kapur dapat terus berlanjut dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang dengan kondisi lingkungan yang tetap terjaga.

Keikutsertaan pemerintah dalam menjaga kelestarian Gunung Sadeng agar masyarakat Kecamatan Puger tidak hanya merasakan manfaat ekonomi nya saja namun juga manfaat lingkungannya juga, misalnya memberikan penyuluhan kepada warga yang bekerja sebagai penambang agar dapat mengetahui bagaimana menambang yang benar tanpa harus merusak lingkungan.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Ambang Hari Laksono
Editor : Moh.Husnul Yaqin

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya