NGAWI - Oleh: Budi Hantara. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia, namun di sisi lain menimbulkan dampak negatif yang harus disikapi secara bijaksana.
Kita tak boleh berpandangan sempit dan menutup diri dari perkembangan iptek. Jangan melihat kemajuan iptek hanya dari satu sudut pandang negatif dan mengabaikan manfaatnya bagi kehidupan.
Karena tujuan utama menciptakan teknologi adalah untuk perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman.
Tak bisa dipungkiri bahwa di era globalisasi ini, perkembangan iptek begitu pesat. Pengaruh perkembangan iptek dalam berbagai bidang kehidupan begitu besar. Perubahan yang begitu cepat di era globalisasi ini bila tidak disikapi secara bijaksana bisa menjadi ancaman.
Tergesernya budaya lokal atau tradisi oleh budaya global bisa menyebabkan kita tercabut dari akar budaya sendiri. Jati diri bangsa tergerus roda zaman yang melaju begitu cepat. Persoalan yang kita hadapi menjadi rumit karena generasi muda semakin tidak tertarik terhadap tradisi yang penuh kearifan lokal.
Mereka menganggap bahwa sesuatu yang berbau tradisi itu kuno atau ketinggalan zaman. Kondisi seperti ini mendorong Pemerintah Kabupaten Ngawi untuk terus berkomitmen dalam upaya melestarikan tradisi.
Komitmen Pemerintah Kabupaten Ngawi dibuktikan melalui kegiatan tahunan tradisi Keduk Beji. Perayaan Keduk Beji yang sekarang sudah menjadi agenda tahunan, tak bisa dipisahkan dari sejarah desa tawun.
Menurut sejarah patih Matawun sebagai cikal bakal lahirnya desa Tawun Kecamatan Kasreman. Selain untuk melestarikan tradisi, kegiatan tersebut sebagai upaya akselerasi pembangunan di sektor pariwisata. Untuk mewujudkan mimpi besar itu maka Keduk Beji perlu dibranding menjadi pesona wisata Ngawi.
Membranding Keduk Beji
Membranding adalah cara untuk mengkomunikasikan pesan dari sebuah produk bisnis kepada para konsumen. Dalam kajian ini produk yang dibranding adalah tradisi Keduk Beji sebagai salah satu potensi wisata budaya Ngawi.
Wisata budaya adalah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai obyeknya. Ada beberapa unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan para wisatawan, antara lain: tradisi, kesenian dan sejarah. Keduk Beji merupakan tradisi yang memiliki latar belakang sejarah sangat menarik.
Tinggal dibranding secara kreatif maka Keduk Beji bisa menjadi pesona wisata unggulan Ngawi. Ada beberapa jenis branding, antara lain: Cultural Branding, Product Branding dan Geographic Branding. Keduk Beji bisa dibranding dengan Cultural Branding dan Geographic Branding.
Cultural Branding yaitu suatu usaha pemberian brand atau identitas yang disesuaikan dengan reputasi suatu daerah tertentu. Dalam hal ini merujuk pada desa Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi.
Dengan potensi yang dimiliki desa Tawun, maka Tawun bisa dibina menuju desa budaya. Untuk menuju ke sana perlu pembinaan dari dinas terkait. Sedangkan Geogrphic Branding merupakan sebuah usaha pemberian identitas yang memiliki tujuan untuk memunculkan gambaran sebuah produk yang identik dengan nama sebuah lokasi sehingga bila lokasi itu disebut, maka orang akan langsung mengingat brand tersebut.
Bila Keduk Beji dibranding dengan tepat maka akan sangat bermanfaat, antara lain:
Memberi kesan yang baik agar para pengunjung semakin tertarik dan bahkan ingin datang kembali.
Membuka jalan untuk dikenal masyarakat lebih luas, baik dari logonya atau dari unsur lainnya yang khas.
Ada beberapa unsur branding yang harus diperhatikan supaya tujuan kita membranding Keduk Beji menjadi pesona wisata Ngawi tercapai. Unsur-unsur tersebut meliputi;
Nama Merek/Nama Obyek.
Nama adalah hal pertama dan utama yang harus dipenuhi jika kita akan melakukan branding. Tanpa sebuah nama, maka produk yang kita tawarkan tidak akan memiliki identitas yang memudahkannya untuk dikenali masyarakat. Demikian juga dengan pemilihan nama yang menarik untuk obyek wisata. Nama Wahana Keduk Beji lebih menarik daripada Pemandian Tawun yang digunakan selama ini.
Logo
Dalam membuat logo harus memperhatikan faktor keunikan dan image sesuai dengan brand atau nama merek. Logo yang unik akan meninggalkan kesan tak terlupakan. Setelah kita menggunakan brand Wahana Keduk Beji harus menentukan logo yang sesuai. Image yang tertanam di benak masyarakat Ngawi selama ini adalah bulus karena di sekitar sumber air Wahana Keduk beji ini banyak dijumpai bulus. Dengan demikian maka tinggal membuat logo bulus yang distilir sedemikian rupa sehingga menjadi unik dan menarik.
Kemasan/Tampilan Visual
Supaya menarik maka kemasan sebaiknya menggunakan warna cerah atau elegan untuk menambah pencitraan yang berkualitas. Bila ingin tampak indah maka sebaiknya gunakan jasa seniman yang kompeten.
Penggunaan Juru Bicara
Juru bicara di sini berfungsi sebagai bintang iklan atau pemandu yang betul-betul memahami keunggulan Wahana Keduk Beji sehingga mampu memberikan informasi yang lengkap dan menarik. Sebaiknya menggunakan tokoh idola atau maskot untuk meningkatkan daya tarik. Kabupaten Ngawi yang setiap tahun mengadakan pemilihan Dimas Diajeng bisa memberdayakan ajang ini untuk mendukung suksesnya Wahana Keduk Beji. Dimas Diajeng yang terpilih bisa berperan sebagai Duta Wisata yang potensial untuk menjadi Juru Bicara.
Lagu Tematik
Sebuah lagu yang menggambarkan tentang Wahana Keduk Beji akan melengkapi unsur visual branding sehingga menjadi lebih indah dan melekat di hati setiap pengunjung.
Slogan
Slogan yang cerdas selalu meninggalkan kesan mendalam. Gunakan unsur ceria dan positif, mudah diingat dan beda dari brand lain. Misalnya menggunakan slogan “Keduk Beji Membumi di Negeri Ngawi”.
Secara konseptual upaya membranding Keduk Beji sudah cukup panjang lebar diuraikan di atas. Selanjutnya tinggal bagaimana realisasinya. Pemerintah harus bersinergi dengan masyarakat. Sebaiknya pemerintah Kabupaten Ngawi melibatkan para pelaku industri kreatif dalam pengelolaan pariwisata.
Dukungan atas keberadaan industri kreatif harus serius dilakukan oleh semua pihak, sebab inilah tuntutan era kompetensi global yang tidak saja melibatkan industri kreatif di satu sisi dan pemerintah di sisi lain, tetapi juga melibatkan beragam kreativitas di lintas sektoral, khususnya memanfaatkan teknologi informasi.
Jika kita lamban memanfaatkan kemajuan teknologi dalam pengembangan industri kreatif dan pariwisata, maka kita akan tertinggal. Padahal Ngawi memiliki banyak potensi berupa produk barang dan jasa yang mampu mendukung sektor pariwisata, baik di bidang produk seni, budaya hingga karifan lokal.
Jangan terlena atau mengeluh karena globalisasi menimbulkan banyak problema. Tantangan sebagai dampak globalisasi harus kita hadapi secara bijaksana. Globalisasi bisa membuat kita lebih kreatif. Persaingan produk tidak hanya pada kualitas barang dan jasa, melainkan juga soal kreativitas branding dan menejemen pemasarannya. Dalam hal ini yang kita pasarkan adalah Wahana Keduk Beji sebagai pesona wisata Ngawi.
Masyarakat Ngawi pada umumnya dan generasi milenial khususnya harus mengandalkan ide-ide segar untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi. Karena sejatinya dasar ekonomi kreatif adalah “how people make money from ideas” (John Howkins 1996).
Jadi pilar utama kesuksesan sebuah usaha bukan uang atau mesin sebagai faktor produksi, melainkan ide-ide baru dan segar, fleksibel, penuh kreativitas dan inovasi.
Untuk mengelola Wahana Keduk Beji, selain membranding seperti yang telah diuraikan di depan perlu langkah nyata sebagai berikut:
Menanamkan rasa bangga dan ikut memiliki Wahana Keduk Beji melalui kegiatan literasi.
Rasa bangga dan ikut memiliki Wahana Keduk Beji bisa ditanamkan sejak dini di hati orang Ngawi. Caranya sederhana. Legenda Keduk Beji dibukukan, selanjutnya didistribusikan ke seluruh sekolah dan perpustakaan di wilayah Kabupaten Ngawi.
Bila setiap satu sekolah memiliki buku Legenda Keduk Beji dan para guru mendorong peserta didik untuk membacanya maka mereka akan mengenal dan mencintai daerahnya. Melalui kegiatan literasi di sekolah hasilnya akan lebih nyata.
Selama ini belum ada buku-buku tentang Legenda Ngawi yang penuh kearifan lokal, maka tak mengherankan bila anak-anak Ngawi kurang mengenal potensi wisata budaya di daerahnya.
Mengadakan pameran budaya
Untuk lebih mengenalkan Wahana Keduk Beji kepada masyarakat luas, sebaiknya sebelum puncak kegiatan ritual Keduk Beji diselenggarakan pameran budaya. Supaya lebih meriah maka pameran budaya perlu menggandeng para pelaku bisnis industri wisata di kota Ngawi dan kabupaten sekitar.
Manfaatkan momentum ini untuk membuat semua pihak terpana dan kagum pada Keduk Beji. Pesta budaya yang dibuat spektakuler tersebut perlu dipublikasikan secara besar-besaran. Libatkan media cetak dan elektronik berskala nasional untuk memublikasikan kegiatan tersebut. Semakin gencar dan luas jangkuan pemberitaan maka dampaknya semakin menguntungkan.
Apabila Pemerintah Kabupaten Ngawi bersinergi dengan seluruh lapisan masyarakat, niscaya mimpi besar untuk mengembangkan Wahana Keduk Beji sebagai pesona wisata Ngawi pasti akan menjadi kenyataan. Semoga semua pihak memiliki keinginan yang sama untuk memajukan sektor pariwisata di Kabupaten Ngawi.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Ari Hermawan |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi