SUARA INDONESIA

Budidaya Maggot di Banyuwangi, Bantu Kurangi 1 Ton Sampah Setiap Hari

Muhammad Nurul Yaqin - 19 July 2022 | 14:07 - Dibaca 1.57k kali
Ekbis Budidaya Maggot di Banyuwangi, Bantu Kurangi 1 Ton Sampah Setiap Hari
Budidaya maggot di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) 3R, Kelurahan Penganjuran, Kecamatan Banyuwangi, Selasa (19/7/2022). (Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

BANYUWANGI- Bank Sampah di bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi mengambangkan budidaya maggot. Dalam sehari maggot dapat mengurangi 1 ton sampah organik.

Budidaya belatung maggot itu dilakukan di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) 3R, Kelurahan Penganjuran, Kecamatan Banyuwangi.

Berjejer beberapa petak budidaya maggot di area itu. Pada setiap biopond terdapat berbagai ukuran maggot, mulai dari kecil, tanggung dan besar.

Setiap hari pihak pengelola memberikan makanan untuk gerombolan maggot. Makanan itu berasal dari sampah organik rumah tangga.

Makanan tersebut diletakkan di biopond dan langsung diserbu oleh kawanan maggot. Para maggot bergeliat dan berdesak-desakan untuk memperoleh makanan.

Koordinator Bank Sampah Banyuwangi, Agus Supriadi mengatakan, budidaya maggot ini dikembangkan untuk mengurangi volume sampah organik.

"Utamanya sampah organik dapur (SOD). Kapasitas kami bisa 100 kilo maggot sehari dengan kapasitas pakan per harinya kurang lebih 1 ton sampah organik," jelas Agus saat ditemui di lokasi, Selasa (19/7/2022).

Agus juga menerangkan, maggot cuman membutuhkan sampah organik untuk tumbuh, selama seminggu belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam (BSF) itu sudah siap panen.

"Dari pembibitan yakni baby maggot sampai nanti penjualan (panen), hanya membutuhkan waktu satu Minggu. Tergantung makanan itu sendiri," kata Agus.

Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 2 sampai 5 kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Satu kilogram maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari.

"Segerombolan maggot ini hanya membutuhkan kurang lebih 30 menit, sampah organik sudah bisa terurai," imbuhnya.

Disampaikan Agus, selain bisa mengurai sampah organik, ternyata maggot juga memiliki nilai rupiah. Jangkauan pasar maggot adalah peternak lele, peternak ayam hingga peternak ikan hias.

"Setiap hari kita bisa menghasilkan 75 - 100 kilo maggot, dengan harga per kilogramnya Rp 6 ribu - Rp 7 ribu. Bahkan kami masih kekurangan stok dari permintaan konsumen," ungkapnya.

Saat ini pihaknya tengah melakukan perluasan pengembangan budidaya maggot melalui mitra Bank Sampah, yang tersebar di sejumlah daerah di Banyuwangi.

"Kita kembangkan dengan beberapa mitra yang sudah ada. Mulai dari Banyuwangi Kota sampai Rogojampi dan Jajag. Itu tanpa modal, mereka kita berikan bibit secara gratis, melakukan pembesaran, mereka juga tidak kesulitan pemasaran. Karena kita yang membelinya," tandas Agus. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : M Ainul Yaqin

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya