JEMBER- Seorang pendalang muda asal Desa Tanjungrejo, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember Lambang Kurnia Pratama, telah menjajaki karirnya di dunia kesenian wayang sejak berusia dua belas tahun.
Semasa kecil, pria yang biasa dipangil Tama tersebut telah kerap kali mengikuti orang tuanya, untuk menyaksikan pagelaran di berbagai daerah di Kabupaten Jember.
Hal tersebut, yang kemudian membuatnya tertarik untuk terjun dalam dunia perwayangan.
“Dulu waktu kecil sering ikut orang tua untuk nonton pagelaran wayang. Kalau dulu kan sering banget ada pagelaran, dari situlah mulai suka dan tertarik sama wayang,” katanya kepada suaraindonesia.co.id, Rabu (2/2/2022).
Dirinya menilai, wayang tidak hanya untuk dijadikan sarana hiburan semata. Namun, menjelma sebagai multi media bagi pecinta wayang, dimana setiap cerita yang dihadirkan dalam sebuah pagelaran memiliki makna yang sangat kompleks.
Sehinga dapat menjadi media penyampaian pesan yang mengandung nilai edukasi, politik dan pesan moral.
Hal itulah yang kemudian menjadi alasan pendalang muda asal Jember tersebut, tetap serius untuk mendalami profesinya yang telah berjalan selama sepuluh tahun, meski dirinya bukan berasal dari keluarga seniman.
“Wayang ini tidak hanya dijadikan sebagai hiburan saja, tapi di dalamnya juga mengandung nilai edukasi, politik dan moral. Karena wayang ini dapat menjadi tontonan, tuntunan dan ajaran moral,” katanya.
Tama mengungkapkan salah satu mimpi terbesar yang dimilkinya, selama mendalami profesi sebagai dalang muda dalam pertunjukan wayang kulit, yakni melakukan pagelaran di Pendopo Wahyawibawagraha dan disaksikan secara langsung oleh Bupati Jember.
“Saya pengen banget ndalang disaksikan langsung oleh bapak Bupati, ndalangnya di Pendopo Kabupaten,” ucapnya.
Meski terkesan sederhana, namun tampil di Pendopo kebanggaan masyarakat Jember tersebut memiliki kesan dan kebanggan tersendiri baginya.
Dirinya ingin, masyarakat dan seluruh jajaran pemerintah di Kabupaten Jember dapat menyaksikan potensi berharga dari kesenian tradisional yang dimiliki oleh Jember.
“Semua orang harus tau bahwa Jember memiliki potensi kesenian wayang yang luar biasa, ini seharusnya dapat menjadi kebanggaan tersendiri untuk Jember,” ujarnya.
Terlebih Jember juga memiliki alat musik Gamelan, dengan kualitas yang cukup bagus. Dengan demikian dapat mendukung pagelaran wayang kulit.
"Jember ini punya fasilitas berupa Gamelan yang kualitasnya bagus dan itu sangat mendukung sekali dalam pagelaran wayang kulit," imbunya.
Meski demikian, Tama menyayangkan minimnya generasi muda yang ingin mendalami dunia wayang.
Hal tersebut diduga karena kurangnya pendekatan dari berbagai pihak untuk mentransfer dan mengenalkan pengetahuan tentang kesenian tradisional.
“Kalau sekarang susah banget untuk regenerasinya, karena kan pendekatan dari pihak terkait juga kurang. Kalau dulu di setiap sekolah itu dikenalkan, sekarang kurang terlalu diperhatikan,” paparnya.
Dirinya juga berharap, agar unsur pemerintah, masyarakat dan pelaku seni dapat saling berkolaborasi untuk tetap mempertahankan kesenian tradisional, agar budaya yang dimiliki tidak hilang ditelan oleh perkembangan zaman.
“Unsur-unsur ini harus saling bekerjasama untuk mempertahankan kesenian tradisional yang ada. Untuk para pelaku seni tradisional saya rasa harus mulai bisa melakukan inovasi, agar masyarakat milenial juga bisa menerima kesenian tradisional,” tandasnya.
Sekedar diinformasikan, sebelumnya Pemkab Jember berencana untuk mengadakan pagelaran wayang di Pendopo Wahyawibawagraha. Namun, hingga saat ini masih belum bisa direalisasikan karena pandemi Covid-19.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi