SUARA INDONESIA

Manik-manik Plumbon Gambang Tetap Eksis Meski Diterpa Pandemi Covid-19

Gono Dwi Santoso - 24 April 2022 | 16:04 - Dibaca 2.45k kali
Features Manik-manik Plumbon Gambang  Tetap Eksis Meski Diterpa Pandemi Covid-19
Proses pembuatan manik manik di desa Plumbon Gambang Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang, Minggu (24/04/2022).

JOMBANG - Bagi pecinta  hiasan manik manik tidak ada salahya kalau berkunjung ke Jombang ke  kawasan sentra produksi manik manik yang  berada di desa Plumbon Gambang kecamatan Gudo Kabupaten Jombang Jawa timur tetap eksis meskipun diterjang badai pandemi Covid-19. 

Dimana kerajinan manik-manik di Desa Plumbon Gambang tersebut, sudah berlangsung sejak tahun 1989. 

Ada sekitar 124 unit rumah produksi pengrajin manik manik yang membuat kerajinan manik manik dari kaca, yang berada di desa tersebut. 

Ditemui di kediamannya Kepala Desa Plumbon Gambang, Nur Wakit mengatakan,  pembuatan manik manik tersebut dibuat dari  hasil daur ulang limbah kaca ini bisa menghasilkan manik-manik yang indah dan banyak diminati turis asing bahkan diekspor ke sejumlah negara. 

“Dalam satu rumah produksi terdapat puluhan pekerja, manik-manik khas Plumbon Gambang yang dihasilkan bisa  berupa kalung, gelang, dan ragam lainnya. Tercatat ada 124 unit  rumah produksi dan 1240 tenaga kerja,” tuturnya, Minggu (24/4/2022). 

Bahkan sebelum pandemi Covid-19, dalam satu bulan penghasilan yang didapat bisa mencapai Rp 1 miliar, sedangkan hasil penjualan bisa mencapai Rp 4 miliar. 

"Itupun diekspor ke negara Eropa, Belanda, Thailand, dan Vietnam," lanjutnya. 

Ditemui di kediamannya Owner griya manik Wartiah menjelaskan kepada Media Suara Indonesia.co.id, bahwa usaha yang digelutinya sudah berjalan kisaran 25 tahun. 

"Proses pembuatan manik manik ini dibuat dari limbah kaca sekitar 30 menit dari proses peleburan, baru dirangkai," paparnya. 

Wartiah mengatakan, untuk bahan bakunya, dibeli dari pengepul rongsokan limbah kaca botol bekas dan yang di produksi disini bahan material sama kalung pesanan sama gelang. 

Untuk pemasaran produknyapun telah sampai ke luar pulau, namun berhubung pandemi ini masih sepi permintaan dari luar negeri. Sebelum pandemi Covid-19 biasanya banyak pesanan dari luar negeri. 

"Sebelum pandemi Covid-19 karyawan di Griya manik ada sekitar 12 karyawan yang bekerja.berhubung  pandemi  ini  sebanyak 6 orang yang bekerja di griya manik ini," ucapnya. 

Untuk saat ini, Wartiah mengaku kesulitan pemasaran masih sepi serta sulitnya mencari bahan baku piring doralex karena langka. 

"Untuk omzet penjualan, alhamdulillah penjualan cukup buat bayar karyawan dan buat beli bahan baku  kembali untuk produksi," imbuhnya. 

Wartiah menambahkan, untuk manik manik di Griya manik, yang paling di minati adalah bahan material, yang dijual kisaran harga Rp 10 ribu ke atas. 

"Dan untuk harga kerajinan manik manik paling rendah di griya manik dijual minimal Rp 15 ribu.Kami berharap agar segera  covid 19 usai sehingga pengrajin bisa Bergeliat kembali omzet penjualannya," pngkasnya. (Gono/Wil) 



» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gono Dwi Santoso
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya