SUARA INDONESIA

Tikus Di Kawasan Banjir Dringu Probolinggo Ditangkap, Untuk Apa?

Lutfi Hidayat - 22 March 2022 | 18:03 - Dibaca 1.35k kali
Kesehatan Tikus Di Kawasan Banjir Dringu Probolinggo Ditangkap, Untuk Apa?
Tim Puskesmas Dringu dan BBTKLPP Surabaya siapkan perangkap tikus

DRINGU - Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo melakukan pemantauan tingkat kejadian penyakit (surveilans sentinel) di kawasan langganan banjir Kecamatan Dringu.

Pantauan penyakit ini terfokus pada kondisi populasi tikus dan deteksi penyakit Leptospirosis. Kegiatan ini dilakukan dua hari Selasa-Rabu (22-23/03/2022).

Tim Dinkes melibatkan Puskesmas Dringu dibantu Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) serta Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya Kemeterian Kesehatan RI.

Pemasangan perangkap tikus dilakukan di Desa Randuputih, Kedungdalem, Kalirejo dan Desa Tegalrejo.

Sebanyak 120 perangkap tikus disebar, masing-masing desa disediakan 30 perangkap untuk 15 rumah warga sebagai sampel.

Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo, dr. Shodiq Tjahjono mengatakan kejadian kasus Lepstospirosis yang selalu muncul di Kecamatan Dringu menjadi perhatian serius untuk dilakukan pemantauan.

Surveilans Sentinel dilakukan untuk mengetahui kepadatan tikus di daerah tersebut dan mendeteksi penyebaran kuman Leptospira, apalagi kawasan Dringu merupakan daerah rawan banjir.

"Kecamatan Dringu kebetulan hampir setiap tahun ada kasus, tahun 2018 ada yang meninggal di Tegalrejo tahun ini juga ada beberapa kasus. Leptospirosis ini penyakit yang ditularkan lewat kencingnya tikus, sehingga vektor atau pembawa ini kita survei seberapa banyak dan apakah mereka mengandung kuman Leptospira," ungkapnya, Selasa (22/03/2022).

Secara teknis tim Dinkes Probolinggo melakukan penangkapan tikus di empat desa di Kecamatan Dringu.

Tikus yang ditangkap akan dibedah untuk diteliti organ ginjalnya apakah mengandung bakteri Leptosipra yang dapat menular kepada manusia melalui kencing tikus.

Kepala Instalasi vektor binatang dan pembawa penyakit BBTKLPP Surabaya Kemeterian Kesehatan RI, drh. Teguh Suranta Sinulingga mengatakan pembedahan dan pengambilan organ tikus untuk mengukur apakah bakteri Leptospira masuk kategori patogen yang dapat menularkan penyakit kepada manusia.

"Tikus ini nanti kita ambil organ ginjal untuk diperiksa dengan PCR, untuk diketahui pada ginjal tikus itu ada bakteri Leptospira yang patogen atau tidak," jelasnya.

Hasil deteksi populasi tikus dan potensi penyebaran penyakit Leptospirosis itu, nantinya akan menjadi acuan penanggulangan penyakit yang ditularkan dari binatang ke manusia.

Leptospirosis jika menjangkit manusia, sambung Teguh mudah diobati apabila dapat terdeteksi lebih awal oleh tim medis.

Namun jika penanganan medis terlambat akan berbahaya termasuk berisiko kematian.

"Salah satu gejala yang paling parah adalah menimbulkan kerusakan ginjal, menyebabkan kekuningan dan itu bisa membawa kematian. Kalau pengobatannya karena ini disebabkan bakteri cukup dengan pemberian antibiotik. Kalau penanganan terlambat ini yang berbahaya," pungkasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Lutfi Hidayat
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya