SUARA INDONESIA, JOMBANG- Inspiratif. Untuk mendapatkan pemasukan tambahan, petani timun di Desa Ngumpul, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menanam dengan cara tumpang sari.
Selain untuk mengirit biaya produksi selama tanam, dengan cara ini hasil panen juga maksimal, sehingga keuntungan bertambah.
Anwar (59), petani setempat mengatakan, menanam timun secara tumpang sari sangat efektif, karena biaya juga relatif terjangkau dan hasil panen maksimal.
"Biaya yang dikeluarkan per 1.400 meter persegi kisaran Rp 2 juta. Kalau panen bisa menghasilkan uang kisaran Rp 10 juta dan tahan penyakit, daripada yang menanam tidak dengan cara tumpang sari," terangnya, Kamis (22/08/2024).
Menurutnya, saat ini umur timun yang ditanam sudah siap panen dan harga timun cenderung stabil. "Harganya sekarang Rp 4 ribu. Ini sudah sebulan harga bertahan dan biasanya diambil sama pengepul. Kadang juga diantar ke pengepul," ungkapnya.
Ditemui saat panen timun, Abdul Ghofur (45), petani lainnya menuturkan, menanam timun ini untuk menambah penghasilan petani, jadi tidak full untuk budidaya.
"Mayoritas petani di sini menanamnya dengan cara tumpang sari, ditanam di bawahnya jagung. Jadi untuk tambahan penghasilan petani, akhirnya menanam timun," jelasnya.
Ghofur menjelaskan, untuk harga pupuk sekarang mahal, jadi petani ini memutar otak bagaimana caranya agar bisa mendapatkan tambahan penghasilan dengan lahan terbatas yang dimiliki.
"Kendalanya biasanya di musim. Kalau wilayah Desa Ngumpul ini kendalanya air sungai kurang begitu steril untuk pertanian. Kalau dibuat mengairi timun, banyak yang mati tanamannya," keluhnya.
Dia berkata, tanaman timun secara tumpang sari lebih tahan hama dan penyakit. Namun, jika ditanam sendiri tidak di bawah pohon jagung, banyak diserang penyakit jamur.
“Dan kalau musim panas biasanya diserang kutu yang menyerap tanaman, itu juga susah pengendalinya," pungkasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gono Dwi Santoso |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi