SUARA INDONESIA, JOMBANG – Suasana perang yang menggambarkan sengitnya pertempuran di padang pasir hidup kembali lewat pementasan spektakuler oleh Teater Mutiara Hikam di Gedung Kesenian Jombang, pada 9-10 November 2024 .
Dengan sinematografi yang memukau, dekorasi yang megah, dan lampu sorot yang dramatis, pementasan yang melibatkan belasan pelajar Pondok Pesantren Mambaul Hikam ini berhasil menghipnotis ratusan penonton yang hadir.
Para pelajar yang berkolaborasi dalam pementasan ini menyuguhkan dua tema besar, yaitu perang Yarmuk dan Gambus Misri.
Perang Yarmuk sendiri merupakan salah satu momen bersejarah yang terjadi pada tahun 636, di mana pasukan Muslim Arab berhasil mengalahkan Kekaisaran Romawi dalam sebuah pertempuran besar.
Pertempuran ini menjadi titik balik penting dalam sejarah penaklukan Muslim ke wilayah Palestina, Suriah, dan Mesopotamia.
"Perang Yarmuk ini adalah pertempuran besar yang tak hanya menentukan nasib dunia, tapi juga mengukuhkan Khalid bin Walid sebagai salah satu komandan militer terbesar di dunia Islam," ujar Neng Ika, sapaan akrab Kepala Madrasah Tsanawiyah Al Hikam, saat ditemui di lokasi, Minggu (10/11/2024).
Teater Mutiara Hikam berhasil menggambarkan dengan apik pertempuran tersebut, lengkap dengan adegan dramatis yang memperlihatkan strategi dan ketangguhan Khalid bin Walid dalam menghadapi pasukan Romawi.
Tidak hanya itu, pementasan ini juga menggabungkan elemen Gambus Misri yang menjadi ciri khas Pondok Pesantren Mambaul Hikam.
Kegiatan ini, yang rutin diadakan setiap dua tahun sekali, merupakan bagian dari proyek P5 (Proyek Penguatan Pendidikan Karakter) dengan tema yang selalu berbeda.
Tahun ini, selain tema perang Yarmuk, mereka juga menampilkan Gambus Misri sebagai bagian dari kebudayaan lokal yang kental. Menurut Neng Ika, pemilihan tema ini bukan tanpa alasan.
“Sekarang ini anak-anak muda, terutama generasi Z, cenderung lebih malas bergerak (mager). Kami ingin memberikan pesan bahwa mereka harus berkarya dan bergerak.
Pementasan ini juga mengajarkan disiplin, kekompakan, dan tanggung jawab, yang kami harap bisa menginspirasi mereka,” terang Neng Ika.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa seluruh proses produksi – mulai dari penulisan naskah, penyutradaraan, hingga pembuatan properti – melibatkan para pelajar itu sendiri. Setiap kostum dan properti, seperti pedang dan busur, dibuat oleh kelompok-kelompok pelajar yang berbeda.
Pementasan ini tidak hanya sekadar hiburan, namun juga mengandung pesan moral yang mendalam. Salah satunya adalah pentingnya disiplin dalam setiap aspek kehidupan. Seperti yang disampaikan oleh Neng Ika,
"Walaupun kita memiliki kekuatan besar, jika kita tidak disiplin dan meremehkan hal-hal kecil, kita bisa kalah. Selain itu, kita juga diajarkan untuk membalas kejelekan dengan kebaikan, bukan dengan keburukan."pungkasnya.
Pementasan ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat yang hadir dalam pementasan. Santoso(38), salah seorang penonton yang hadir, mengungkapkan kegembiraannya.
"Tahun lalu tema yang diangkat adalah lingkungan, dan tahun ini membawa tema Gambus Misri dan Perang Yarmuk. Setiap tahun semakin menarik dan inovatif. Semoga kegiatan seperti ini terus dilestarikan, agar seni teater tetap eksis dengan sentuhan modern," ujarnya penuh harap.
Dengan durasi kurang lebih satu jam, pementasan ini menyuguhkan pengalaman teater yang memukau, penuh dengan energi dan semangat. Pementasan ini tak hanya memperkaya budaya lokal, tetapi juga memperkenalkan sejarah penting dunia kepada generasi muda.
Teater Mutiara Hikam, dengan segala kreativitas dan dedikasinya, semakin membuktikan bahwa seni teater di Indonesia masih hidup dan terus berkembang," pungkasnya (*).
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gono Dwi Santoso |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi