SUARA INDONESIA, JEMBER - Aktivis yang sekaligus pemerhati pendidikan Miftahul Rachman menyebut, realisasi program Indonesia pintar (PIP) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, diduga jadi bancakan dan sarat politis.
Hal itu diketahui, setelah dirinya mendapatkan banyak pengaduan dari beberapa wali murid dan siswa penerima program tersebut hanya disuruh mencairkan.
Diceritakannya, sebagaimana aduan yang masuk penerima PIP hanya disuruh mengambil uang ke Bank yang ditunjuk.
"Sementara uangnya, 50 persen diduga dipotong oleh oknum yang mengatasnamakan koordinator lapangan salah seorang oknum anggota DPR RI. Sementara, separuhnya lagi, diduga kuat diambil oleh oknum lembaga," bebernya, Jumat (07/12/2024) siang.
Sebagai warga Jember, dirinya tidak yakin, bahwa indikasi terjadinya pemotongan bantuan itu diperintah langsung oleh anggota DPR RI.
"Makanya, saya sampaikan lewat media ini. Realisasi PIP di Kabupaten Jember diduga dijadikan bancakan oleh oknum. Mekanisme realisasinya, juga terkesan tidak beres. Berapa nominal yang diterimakan dan siapa yang menerima. Jangan sampai, yang berhak tidak mendapatkan. Kita buka seterang-terangnya," katanya.
Pihaknya berkomitmen, akan terus melakukan penelusuran dan membuktikan kebenaran keluhan itu, sampai ke akar-akarnya.
"Agar ketemu, siapa dalang intelektual dibalik dugaan pemotongan itu. Akan kita ungkap. Kalau perlu, DPRD Komisi D akan kita ajak turun untuk membuktikan," ancamnya.
Lebih jauh aktivis ini berharap, masyarakat Kabupaten Jember, untuk berani bersuara jika ada pemotongan bantuan PIP.
"Anggaran itu murni untuk siswa. Jangan sampai dinikmati oleh oknum. Sehingga siswa yang menjadi korban. Mari berani menyampaikan kebenaran," harapnya.
Dampak dari terjadinya dugaan pemotongan PIP ini, menurut Miftahul Rachman secara tidak langsung telah mengajarkan pendidikan yang buruk kepada anak didik.
"Ini pembelajaran yang buruk, sejak dini anak sudah diajari untuk memaafkan korupsi. Kalau begini caranya, pendidikan karakter gagal. Dengan dalih apapun, bantuan PIP yang notabene agar semua anak punya kesempatan belajar, hanyalah kamuflase belaka," imbuhnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Fathur Rozi (Magang) |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi