SUARA INDONESIA

'Tak Mampu' Perjuangkan Petani, Aktivis Ansor di Bondowoso Kecewa pada Eksekutif dan Legislatif

Imam Hairon - 24 September 2020 | 21:09 - Dibaca 4.12k kali
Peristiwa Daerah 'Tak Mampu' Perjuangkan Petani, Aktivis Ansor di Bondowoso Kecewa pada Eksekutif dan Legislatif
Hafid, Kader GP Ansor Kecamatan Cermee (foto Istimewa)

BONDOWOSO- Di hari tani Nasional ini, salah seorang kader GP Ansor, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso, mengungkapkan rasa kekecewaannya pada para pemimpin di kota ini, baik legislatif maupub eksekutif di Bondowoso.

Salah seorang kader GP Ansor itu menilai legislatif dan eksekutif tidak mampu memperjuangkan nasib para petani di Bondowoso.

" Salam hormat dari petani Bondowoso. Darimu saya belajar ikhlas. Ikhlas disaat pupuk subsidi tidak ada alias langka dan mahal. Ikhlas disaat harga hasil panen murah. Ikhlas ketika seorang pemimpin telah berpaling dari tanggujawabnya, dan berpalang dari rakyatnya. Ikhlas melupakan janji janji politikya pada rakyatnya," kata Hafid Kader GP Ansor Kecamatan Cermee kepada media, Kamis (24/9/2020).

Lebih lanjut, Hafid menuturkan, disaat musim kampanye mereka datang kepada masyarakat dengan menebar janji-janji politiknya yang sangat manis.

Bahkan, kata dia, mereka kadang menawarkan diri seakan-akan mau menjadi penyelamat dalam berbagai macam persoalan yang dihadapi masyarakat, tak terkecuali pula pada para petani.

" Saat mencalonkan diri mereka sampai menawarkan diri, jika ada kesulitan segera melapor kepada saya, insyallah. Saya ada di garda terdepan membela masyarakat," tuturnya sambil mengekspresikan cara-cara seorang politisi saat berkampanye.

Mantan ketua rayon PMII di IAIN Jember itu menyatakan, bahwa bahasa peduli hanya bisa ditemui saat 5 tahun sekali, ketika mereka-mereka butuh suara para petani. Namun, ketika saat ini para petani sedang dirundung persoalan, mereka seakan-akan tidak mau tau.

Dia menambahkan, bagai masyarakat Bondowoso, pertanian merupakan sektor penting yang menjadi penghasilan utama.

Katanya, saat ini para petani sangat mengeluh, karena biaya produksi pertanian sangat mahal. Sedangkan harga hasil pertanian cukup murah, sehingga masyarakat petani saat ini jauh dari kata sejahtera.

" Komplit sekali persoalan para petani pada saat ini, ditambah lagi dengan kelangkaan pupuk bersubsidi. Contoh saja, jenis pupuk urea subsidi seharga harga Rp. 300 ribu, ZA subsidi Rp. 200 ribu," ungkapnya.

Sebagai anak dari seorang petani Hafid menilai, dalam kondisi saat ini DPRD seolah-olah tidak mau taun tentang apa yang sebenarnya persoalan dihadapi oleh para petani saat ini.

Sementara, lanjut dia, pertanian saat ini merupakan sektor penting untuk ketahanan pangan di tengah situasi pandemi covid-19 yang begitu besar dampaknya pada ekonomi.

" Di Kecamatan Cermee harga cabe 7 ribu rupiah, jagung dan tembakau murah seharg 4500. Saat ini banyak petani sangat dirugikan dengan kondisi kejadian saat ini. Namun eksekutif dan legislatif sampai saat ini tidak ada solusi yang ditawarkan," pungkasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Imam Hairon
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV