SUARA INDONESIA

3.589 Anak di Purworejo Menderita Stunting, Ketua PKK: Peran Kita Penting

Widiarto - 03 June 2021 | 19:06 - Dibaca 640 kali
Peristiwa Daerah 3.589 Anak di Purworejo Menderita Stunting, Ketua PKK: Peran Kita Penting
Suasana sosialisasi stunting di gedung PKK Kabupaten Purworejo, pada Kamis (3/6/2021)

PURWOREJO- Sekitar 3.589 anak atau 8,22 persen dari 43.664 anak di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menderita stunting atau permasalahan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama atau kronis. Stunting terjadi sejak bayi dalam kandungan karena saat hamil sang ibu kurang mengonsumsi makanan bergizi.

"Persoalan stunting patut menjadi perhatian untuk segera dituntaskan," kata Ketua TP PKK Kabupaten Purworejo, Fatimah Verena Prihastyari Agus Bastian, pada kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat dengan sosialisasi stunting, di Aula kantor PKK kabupaten pada Kamis (3/5/2021).

Menurutnya, stunting disebabkan oleh faktor multidimensi, intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.

"Ini sebagai saat yang terpenting dalam hidup seseorang. Sejak saat perkembangan janin di dalam kandungan, hingga usia anak dua tahun menentukan kesehatan dan kecerdasan seseorang,” ujarnya.

Dikatakannya, TP PKK berperan penting dalam pembinaan keluarga karena PKK mempunyai kader dari tingkat pusat sampai daerah, hingga dasa wisma. Oleh karena itu setiap informasi- informasi  penting yang diperoleh kader PKK akan sampai kepada setiap keluarga.

Apalagi keluarga sebagai faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Sebagian sampai usia 18 tahun anak-anak menghabiskan waktunya 60-80 persen bersama keluarga.

“Sampai usia 18 tahun, mereka masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang anak tidak lepas dari kehangatan dalam keluarga,” tutur Fatimah.

Ketua Pokja IV PKK Purworejo, Wiwit Sugiharto, mengatakan, sesuai hasil rakon PKK Provinsi Jawa Tengah dalam isu strategis skala prioritas adalah menurunkan masalah gizi khususnya Stunting, maka perlu sosialisasi stunting.

"Sosialisasi diikuti oleh 80 orang dari pengurus PKK 16 kecamatan terbagi dalam 2 hari supaya tidak terjadi kerumunan," ujarnya.

Pemateri sosialisasi stunting, Sri Wardani, menjelaskan, perlunya makanan gizi mulai hamil sampai dua tahun. Di desa harus melakukan deteksi dini pada Ibu hamil supaya diamati dan dilaporkan. Kelahiran bayi dengan berat badan rendah selalu dilakukan pemantauan. Karena dampak DBL bisa menjadi stunting. Stunting akibat kurangnya gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan dari hamil sampai melahirkan tidak memperhatikan menu seimbang. Yakni protein, kalori, sayur dan buah atau yang sering disebut antara lain karbohidrat, sayur, buah, hewani, dan nabati. Seperti ikan, daging, tahu, tmpe.

“Bisa juga didapatkan dari makanan lokal yang ada dilingkungan,” jelasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Widiarto
Editor : Nanang Habibi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV