SUARA INDONESIA

Usai Kartu KIS Diblokir, Narti Kini Kesulitan Dapatkan Obat dan Akses Pelayanan Kesehatan

M. Efendi - 25 June 2021 | 13:06 - Dibaca 2.15k kali
Peristiwa Daerah Usai Kartu KIS Diblokir, Narti Kini Kesulitan Dapatkan Obat dan Akses Pelayanan Kesehatan
Narti, perempuan yang mengidap sakit paru-paru dan harus menelan pil pahit usai kesulitan akses pelayanan kesehatan, (Irqam/Suaraindonesia.co.id)

TUBAN - Narti (29) warga Desa Padasan, Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban, yang sempat menjual tanah persilnya untuk berobat. Kini dia harus kebingungan untuk menebus obat ataupun hanya sekadar periksa kesehatan di Puskesmas.

Pasalnya, Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang biasanya menjadi bekal berobat sudah tidak bisa lagi digunakan. Narti menyebut KIS dimilikinya telah diblokir ketika berobat di Rumah Sakit Dr Koesma Tuban.

Pada waktu itu Narti dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani perawatan selama 3 hari di rumah sakit. Namun, dia bersama keluarga sepakat untuk meminta pulang.

"Sebelum hasil tes swab positif itu, saya sempat meminta untuk pulang tetapi tidak boleh. Ketika saya positif minta pulang, ada salah perawat mengatakan kalau saya pulang KIS saya diblokir dan harus membayar biaya itu semua secara mandiri dan harus menyiapkan uang kurang lebih sekitar 7 juta. Dan kata kalau berobat kembali kesini lagi harus bayar biasa, karena kartunya tidak berlaku," ucap Narti saat ditemui suaraindinesia.co.id di rumahnya.

Mengetahui biaya yang cukup besar mustahil untuk didapatkan sebesar Rp 6.200.000. Narti, meminta keluarganya pulang sebentar meminjam uang ke tetangga kanan kiri untuk bisa pulang ke rumah bertemu dengan anaknya.

"Saya pinjam uang ke tetangga, terus kakak saya jual sapi untuk melunasi hutang itu. Saya masih punya hutang sama kakak, jadi tanah persil yang saya miliki itu saya berikan ke kakak sebagai ganti biaya saya berobat saat itu," tuturnya.

Narti yang sudah menjual tanahnya tersebut, kini harus kesulitan membeli obat. Disamping harga obat yang terbilang mahal bagi dirinya, obat yang harus didapatkan juga tidak semua tersedia di apotek.

"Kalau dibilang sulit iya sulit untuk tebus obatnya, tapi mau gimana lagi. Dan obatnya ini ada 6 macam, yang 4 itu ada tapi cari di beda apotik di Kerek, Montong, dan Bogorejo. Untuk yang 2 obat itu tidak ada di apotik katanya adanya di rumah sakit," ungkap Narti.

Selain itu, Narti mengaku bahwa dirinya mempunyai penyakit asma sejak dari kecil. KIS adalah modal untuk mendapatkan pengobatan gratis. Namun, harapan mendapatkan akses layanan gratis hilang.

"Iya biasanya saya berobat itu pakai KIS di puskesmas. Tapi kan sekarang KIS sudah diblokir saya takut nanti kalau berobat bayar lagi. Jadi saya lebih baik dirumah saja," tandasnya.

Sementara itu, Direktur RSUD Dr Koesma Tuban, Syaiful Hadi mengatakan jika pihaknya telah menerjunkan tim pengaduan masyarakat dan akan segera menelusuri kasus tersebut.

"Kami akan menerjunkan tim pengaduan masyarakat mulai besok menulusuri kasus tersebut, dimulai dari internal RSUD setelah dapat data valid, ke external ke bpjs dan juga ke yang bersangkutan, sehingga dihasilkan data yang obyektif, dan tidak sepotong sepotong," pungkasnya. (Irq/Nang).

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : M. Efendi
Editor : Nanang Habibi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV