SUARA INDONESIA

Siswa di Wilayah Terisolasi di Bondowoso Harus Turun Naik Bukit untuk Sekolah

Bahrullah - 07 September 2021 | 15:09 - Dibaca 2.12k kali
Peristiwa Daerah Siswa di Wilayah Terisolasi di Bondowoso Harus Turun Naik Bukit untuk Sekolah
Suasana siswa saat di dalam kelas SDN 3 Kretek yang masuk kawasan terisolasi (Foto: Bahrullah/Suaraindonesia Bondowoso)

BONDOWOSO - Siswa yang berada di wilayah terisolir Dusun Petung, Desa Kretek, Kecamatan Taman Krocok, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, membuatnya harus bersusah payah turun naik bukit sejauh 6 kilometer untuk sampai ke sebuah bangunan yang ia sebut sekolah.

Hal itu diakui oleh Syarofa, siswa SDN 3 Kretek pada media, Selasa (7/9/2021).

Lebih lanjut, Gadis belia berusia 10 tahun ini, mengaku, setiap hari harus menyusuri jalan bebatuan terjal dan jurang curam bersama ibunya.

"Saya berangkat sekolah jam 6 pagi. Jalan 1 jam sama ibu. Berdua saja," ucap gadis berambut lurus terikat dan mengenakan topi merah khas anak SD pada umumnya.

Dia menyampaikan, merasa tidak enak saat ada kebijakan pemerintah harus belajar dari rumah.

Menurut dia, lebih enak belajar tatap muka (PTM), karena banyak bertemu dengan teman.

Dia menyambut sukacita saat pemerintah memperbolehkan kembali pembelajaran tatap muka.

"Waktu (sebelum PTM) disuruh belajar di rumah gak enak. Lebih enak belajar (PTM) begini. Banyak teman di sini," tuturnya.

Dia mengaku, buka tidak mau naik motor menuju sekolah diantar bersama ibundanya, namun jalannya yang dilewati memang tidak mendukung menggunakan kendaraan bermotor.

"Kalau diantar naik motor, takut masuk jurang. Jadi lebih baik jalan kaki. Dekat kok. Cuma di sana," kata bocah yang tahun depan akan lulus dari Sekolah Dasar itu.

Ketua DPC PPP Bondowoso tersebut sepakat bahwa infrastruktur menjadi kunci dan solusi untuk mengentaskan dusun petung sebagai daerah terisolasi.

"Saya sudah berulang kali menyampaikan, baik lewat camat atau desa agar dusun petung dalam Musrenbang jadi prioritas," ungkap warga Desa Karanganyar, Kecamatan Tegalampel ini.

Wakil rakyat 4 periode ini juga sering menyerap aspirasi dari masyarakat setempat. Pembahasan utamanya adalah tentang nasib pilu warga dusun petung.

"Warga maupun tokoh masyarakat datang ke rumah berbincang tentang itu. Jadi, pada APBD 2022 harus menjadi prioritas dan perhatian khusus. Camat yang punya tanggung jawab," tegasnya.

Jika merujuk pada visi Bupati Bondowoso KH. Salwa Arifin, maka tidak ada alasan untuk tidak membangun wilayah terpencil. Sebab, visi Bupati adalah 'Membangun Bondowoso dari Pinggiran.

"Kalau alasan terdampak Covid, semua juga berdampak Covid. Tapi ini persoalan kesejahteraan rakyat. Infrastruktur sangat dibutuhkan," sergahnya.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Bondowoso diminta bergerak dan bertanggungjawab atas persoalan tersebut.

"Makanya ketika Musrenbang tingkat kecamatan itu kan semua hadir, termasuk DPUPR. Ini agar desa kretek keluar dari desa terisolasi menjadi desa maju," bebernya.

Dafir Kepala SDN 3 Kretek, menambahkan, dari sisi pendidikan di Dusun Petung masih memberlakukan kelas rangkap.

"Hanya ada 1 lembaga pendidikan yang tetap eksis, yakni SDN 3 kretek. Muridnya hanya 20 orang siswa yang masuk Dapodik dari kelas 1 sampai kelas 6," paparnya.

Rincian jumlah siswa SDN 3 Kretek yang terdaftar Dapodik yakni kelas I ada 4 siswa, kelas II dengan 2 siswa, kelas III sebanyak 4 siswa, kelas IV terdiri 3 siswa, kelas V ada 3 dan kelas VI memiliki 4 siswa.

"Kami hanya menggunakan satu ruangan untuk KBM (Kegiatan belajar mengajar) dengan cara disekat menjadi dua bagian. Semua siswa kumpul di sana," sebutnya.

Dia juga sempat menunjukkan ruangan yang terbelah menjadi dua bagian itu bisa berfungsi efektif.

"Yang sebelah kiri ini kelas I-III dan sebelah kanan kelas IV-VI, mas," tunjuk Dafir dengan rentangan tangan kanan ke kiri dan ke kanan.

Dia melaporkan, guru yang bekerja ada 6 orang. Dimana tiga orang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), satu orang sebagai Calon PNS (CPNS) dan dua guru honorer.

"Pernah dulu sampai 60 siswa tahun 2013-2014. Itu paling banyak, paling pol. Lambat laun semakin turun. Banyak yang meninggalkan petung dan merantau," terangnya.

Dafir mengaku tidak setiap hari bekerja mengajar di SDN 3 Kretek. Tergantung kebugaran tubuhnya.

"Perjalanan dari rumah ke SD sini 1,5 jam. Berangkat pun harus istirahat 3 kali. Jadi kayak mendaki gunung itu ada pos 1-3," selorohnya.

Dia berharap, ada perhatian dari pemerintah untuk pembangunan infrastruktur di dusun petung.

"Infrastruktur yang bagus akan mempermudah akses ekonomi dan pendidikan. Jadi dusun ini tidak jadi dusun terisolasi lagi," tuturnya.

Sementara itu hingga berita ini ditulis, Kepala DPUPR Kabupaten Bondowoso H. Munandar enggan memberikan tanggapan ketika dikonfirmasi melalui pesan singkat maupun sambungan telepon.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Bahrullah
Editor : Nanang Habibi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV