SUARA INDONESIA

Ustaz Hanan Ataki: Teladan dalam Kekeliruan Rasulullah SAW

Wildan Mukhlishah Sy - 23 September 2021 | 14:09 - Dibaca 1.31k kali
Peristiwa Daerah Ustaz Hanan Ataki: Teladan dalam Kekeliruan Rasulullah SAW
Ustaz Hanan Attaki. (Foto: You Tube ARROYA Channel)

JEMBER- Rasulullah adalah utusan Allah yang semasa hidupnya tidak pernah berbuat dosa, meski begitu Rasulullah tentu pernah berbuat kekeliruan.

Sebagaimana dalam Al-qur'an disebutkan bahwa sesungguhnya Rasulullah adalah seorang makhluk sama seperti manusia-manusia lain.

Selayaknya seorang makhluk, adalah sebuah kewajaran jika tidak sempurna, lupa maupun keliru. 

Kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan oleh Rasulullah bukanlah hal buruk, karena dengan begitu, manusia yang tak pernah luput dari salah dan dosa bisa belajar untuk memperbaiki kesalahan sebagaimana Rasullah memperbaikinya. 

Seperti yang dikatakan oleh Ustaz Hanan Attaki, suri tauladan yang dapat dipelajari dari rasullullah tidak hanya saat Rasulullah berbuat kebaikan, namun juga pada keadaan Beliau keliru ataupun lupa.

"Dan Rasulullah SAW, teladan untuk kita bukan cuma ketika Beliau tepat, bahkan Beliau teladan bagi kita saat Beliau keliru," ujarnya.

Salah satu contohnya adalah saat Beliau sholat lupa rakaat. Suati hari saat melaksanakan sholat yang harusnya empat rakaat, Rasulullah hanya sholat dengan dua rakaat  saja. 

Kemudian setelah  salam para sahabat bertanya kepada Beliau, apakah mereka sedang melakukan sholat qasar, dan Rasulullah menjawab dengan pertanyaan untuk meyakinkan kekeliruannya, yang dijawab dengan kata Iya oleh para sahabat. 

Mendengar jawaban dari para sahabat tersebut nabi kemudian berdiri, melanjutkan sholat dua rakaat yang tersisa, dan menutupnya dengan sujud sahwi.

"Akhirnya nabi berdiri lagi, takbir melanjutkan dua rakaat sholat yang tersisa, dan menutupnya denga sujud sahwi," jelasnya.

Kelupaan nabi ini adalah uswatun hasanah bagi ummatnya. Tidak hanya pada tata cara memperbaiki sholat saat dalam keadaan lupa hitungan jumlah rakaat, tetapi juga pada sikap nabi yang berani mengakui kesalahan dan menerima dengan lapang hati teguran dari para sahabat-sahabatnya.

"Uswatun hasanahnya juga buat kita, bahwa nabi itu tidak pernah sombong, tidak pernah gengsi mengakui bahwa Beliau keliru," ujarnya. 

Dari cerita yang disampaikan oleh ustaz Hanan Ataki tersebut, dapat dipahami, bahwa tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. 

Begitu pula dengan seorang ustaz, guru, tokoh masyarakat hingga para pemimpin.

Oleh karena itu pula lah ustaz Hanan Attaki menegaskan agar manusia tidak selalu merasa benar. Karena jika seperti itu, maka yang terjadi adalah pengkultusan diri. 

Dan dalam Al-qur'an qs. An-najm ayat 20 Allah berfirman "Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci, Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa."

Ustz Hanan Ataki juga menambahkan sebagai pemimpin yang berkaca pada Rasulullah, harusnya tidak hanya melihat pada sisi kejujuran, keadilan maupun keberaniannya saja, tetapi juga pada sisi kebesaran hati Nabi untuk mengakui kekeliruan yang diperbuatnya.

"Jadi pemimpin, yang meneladani Rasulullah SAW, bukan cuma meneladani dari angel jujur, amanah, profesional. Tapi juga meneladani Nabi dari angel apa? Bahwa kalau keliru berbesar hati untuk mengakui." tutupnya.

Dengan begitu ketika datang nasihat, seorang manusia bisa menerimanya dengan hati yang lapang tanpa menggurutu dan tanpa rasa digurui.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Wildan Mukhlishah Sy
Editor : Nanang Habibi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya