SUARA INDONESIA

Ustaz Hanan Attaki: Rumus Sederhana Al-Qur'an dalam Perkara Jodoh

Wildan Mukhlishah Sy - 07 October 2021 | 15:10 - Dibaca 3.37k kali
Peristiwa Daerah Ustaz Hanan Attaki: Rumus Sederhana Al-Qur'an dalam Perkara Jodoh
ilustrasi pasangan yang telah menikah(Foto: Pngegg.com)

JEMBER-Allah telah menetapkan segala sesuatunya berpasangan begitupula dengan manusia, makhluk-Nya yang paling sempurna.

Namun sering kali keragu-raguan tumbuh dalam diri manusia, hingga membuat takut perihal jodoh, takut tidak akan memiliki pasangan, takut tidak akan bisa menikah.

Padahal Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya dan Dia telah memberikan rumus sederhana perihal jodoh dalam kalam-kalam-Nya.

"perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yanh baik (pula)," QS: An-Nur 26.

Dan memang begitulah rumus jodoh seharusnya. 

Ustaz Hanan Ataki menyampaikan dalam kanal YouTube Hanan Attaki bahwa rumus jodoh itu tidak pakai logika, tetapi pakai iman dan ketakwaan.

"rumus jodoh itu nggak pakai logika, rumus jodoh itu pakai iman pakai ketaatan, itu rumus jodoh," ujarnya.

Maka dari itu seorang hamba tidak perlu khawatir berlebih tentang jodoh, karena yang terpenting sebelum bertemu dengan jodoh tersebut adalah dengan tetap menjaga dan memperbaiki diri.

Bagi perempuan, hendaklah dia menjaga diri dengan rasa malu, karena rasa malu adalah mahkota bagi perempuan, sebagaimna wanita-wanita solehah yang disebutkan dalam al-qur'an dan sunah mereka semua memiliki rasa malu yang besar.

"Dan semua perempuan sholehah yang kita baca sejarahnya dalam Al-Qur'an ataupun sunah, semua mereka punya rasa malu yang besar, jadi rasa malu itu crown, mahkotanya cewek. Semakin besar rasa malunya, semakin besar mahkotanya sehingga dia menjadi seorang ratu atau putri yang terhormat," jelasnya.

Dengan rasa malu itu, perempuan akan menjaga dirinya, menutup auratnya, membatasi pergaulannya, tidak berlebihan dalam bersikap dan berbicara.

"karena perempuan rasa malunya lebih beasar dari laki-laki. Karena rasa malu itulah yang menjaga dia, karena rasa malu itulah dia menutup aurat, karena rasa malulah akhirnya dia membatasi pergaulan, karena rasa malulah dia tidak berlebihan dalam bersikap, bicaranya normal tidak dibuat-buat," jelasnya.

Dan bagi laki-laki, mereka akan menjaga perempuan-perempuan tersebut dengan menjaga sikapnya, menghargai dan melindungi mereka. 

Sebagaimana cerita Nabi Musa AS dengan calon Istrinya yang bertemu disebuah oasis padang pasir.

Saat itu Nabi Musa yang melarikan diri dari mesir melihat para pengembala sedang mengantri pada sebuah oasis untuk memberi minum pada ternak mereka, terlihat dibelakang antrian tersebut dua orang perempuan yang juga ingin memberi minum ternak-ternak mereka.

Merasa prihatin Nabi Musapun mendatangi mereka dan bertanya perihal yang bisa dia bantu, lalu kedua perempuan itupun menjawab bahwa mereka harus memberi minum pada ternak mereka, karena ayah mereka yang sudah lanjut usia.

Mendengar hal itu Nabi Musapun menawarkan diri untuk membantu mereka, dengan tetap menjaga perasaannya agar tidak timbul fitnah, karena dia tidak mengenal perempuan tersebut.

Setelah selesai, kedua perempuan itupun pulang, dan Nabi Musa kembali ke tempat yang teduh beristirahat di sana. Dirinya sungguh kelelahan, dan dia pun berdo'a meminta kebaikan dari Allah SWT.

Lalu tak lama setelah itu, perempuan yang dia tolong tadi kembali, dia berjalan dengan sangat malu-malu, menyampaikan undangan dari ayahnya sebagai bentuk terimkasih atas bantuan yang dia berikan.

Nabi Musapun mengikuti dari belakang menuju ke kediamannya, Sesampainya di sana Nabi Musa menceritakan tentang dirinya kepada sang tuan rumah.

Lalu saat sang ayah menuju ke belakang, bertemu dengan putri-putrinya, salah satu dari perempuan itu mengatakan kepada ayahnya, wahai ayahku pekerjakanlah laki-laki itu untuk membantu ayah, karena yang paling baik laki-laki untuk kau pekerjakan adalah laki-laki yang kuat dan baik yang dapat dipercaya.

Sang ayah yang mengerti bahwa salah satu putrinya itu menyukai tamunya, menawarkan secara langsung kepada Nabi Musa untuk melamar salah satu putrinya tersebut.

Mendapati tawaran tersebut, Nabi Musa yang telah melihat sekilas bagaimana sikap baik perempuan itu dari oasis di padang pasir hingga rumahnya, pun menyetujui tawaran itu, dan mereka akhirnya mereka menikah.

Cerita ini sesungguhnya telah diabadikan Allah SWT dalam QS Al-Qasas ayat 23 hingga ayat 28.

Dari kisah Nabi Musa ini dapat diambil pelajaran bahwa menjaga diri dapat mempertemukan seseorang dengan jodohnya.

"Dengan saling menjaga itu, Allah memberikan mereka jalan untuk jadi jodoh, padahal Nabi Musa dan istrinya sangat menjaga dan membatasi diri, tapi bisa jadi pasangan,". Tambahnya.

Begitulah hakikatnya menjaga perasan, dengan tetap memelihara diri, dengan cara-cara elegan dan terhormat, tidak dengan memberikan perasaan tersebut sebelum waktunya. 

"jangan diberikan dulu perasaan itu pada lawan jenis kalau belum halal, jangan ngungkapin dulu sampai waktunya tiba, tidak usah khawatir karena jodoh tidak akan kemana," tutupnya. (Ree/Wil)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Wildan Mukhlishah Sy
Editor : Nanang Habibi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV