SUARA INDONESIA

Kondisi Inflasi, Presiden AS Joe Biden Beli Pohon Natal Seharga Rp 2 Miliar, Kini Tuai Kecaman

Lukman Hadi - 30 November 2021 | 18:11 - Dibaca 4.23k kali
Peristiwa Internasional Kondisi Inflasi, Presiden AS Joe Biden Beli Pohon Natal Seharga Rp 2 Miliar, Kini Tuai Kecaman
Ilustrasi Pohon Natal. (Foto: Shutterstock)

SURABAYA - Tradisi dekorasi pohon Natal di Gedung Putih menjelang tahun baru mulai dilakukan. Tradisi seperti ini sudah dilakukan sejak era kepemimpinan mantan Presiden Amerika, Donald Trump.

Namun disayangkan, dekorasi pohon Natal di Gedung Putih tahun ini bukan mendapat apresiasi, justru sebaliknya.

Kecaman untuk Presiden AS Joe Biden karena membeli pohon Natal seharga USD 139 ribu atau hampir senilai Rp 2 miliar. Jika lampu Natal tiba, bisa saja harga tersebut lebih mahal dengan nota USD 171 ribu atau Rp 2,5 miliar. 

Dilaporkan pula bahwa Gedung Putih telah mengeluarkan USD 41 ribu atau sekitar Rp 587 juta. Biaya tersebut dikeluarkan untuk dekorasi Natal Gedung Eisenhower dan Jackson Place. 

Baca Juga: Unipra Bakal Branding Produk UMKM Fatayat NU Melalui Digital Marketing

Mengapa keputusan Presiden Joe Biden itu dikecam, melansir Wion News, harga yang dikeluarkan untuk dekorasi pohon Natal di Gedung Putih itu terjadi pada saat dunia sedang menghadapi krisis pasokan yang menyebabkan inflasi.

Dikutip dari suara.com jejaring suaraindonesia.co.id, sebuah laporan TMZ menyebutkan Perayaan Penerangan Pohon Natal Nasional akan mencakup penonton langsung dan pertunjukan oleh Patti LaBelle, Billy Porter, Chris Stapleton, dan banyak lagi.

Pohon Cemara Fraser setinggi 18,5 kaki itu dibawa secara tradisional ke serambi utara Gedung Putih dengan kereta kuda. Ibu Negara Jill Biden secara langsung menyambut pohon Natal tersebut.

Di satu sisi, muncul kekhawatiran tentang kelangkaan pohon plastik dan cemara hidup akibat krisis rantai pasokan dan dampak krisis iklim.

Baca Juga: Organisasi Islam di Surabaya Desak Mahkamah Uni Eropa Berikan Sanksi ke Macron

 Asosiasi Pohon Natal Amerika meyakinkan warga seolah-olah "Natal tidak akan dibatalkan" pada tahun ini.

"Terlepas dari ekspektasi permintaan konsumen yang serupa pada tahun 2021, industri pohon Natal dapat mengalami kekurangan baik pohon buatan maupun pohon hidup," terang Asosiasi Pohon Natal.

Sementara pengaruh cuaca, kekeringan, kebakaran hingga gelombang panas berdampak pada panen pohon Natal.

Laporan juga datang dari beberapa petani di Oregon, Negara bagian AS, bahwa pada tahun ini mereka banyak kehilangan mencapai 90 persen dari hasil panen.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Lukman Hadi
Editor : Lukman Hadi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya