SUARA INDONESIA, SURABAYA - Surabaya sore itu seperti ingin berbicara keras kepada warganya. Langit gelap menggantung sejak siang, lalu hujan deras mengguyur tanpa jeda. Angin kencang menambah dramanya. Akibatnya, Selasa (10/12/2024) kemarin, Surabaya dikepung banjir.
Bukan hanya air yang merendam jalanan, tapi juga pohon-pohon yang menyerah pada kekuatan alam. Salah satu kejadian paling mencolok adalah di Jalan Bintoro. Sebuah pohon beringin setinggi 10 meter tumbang dengan suara keras, menimpa mobil patroli milik Satpol PP Kota Surabaya dan sebuah motor pedagang kaki lima.
Ahmad, saksi mata di lokasi kejadian, masih terlihat gemetar saat menceritakan pengalamannya. "Hujan deras dan angin kencang, tiba-tiba tanah bergetar. Saya kira gempa. Ternyata pohon beringin besar di samping saya tumbang," ujarnya dengan nada terkejut.
Dua anggota Satpol PP yang berada di dalam mobil berhasil keluar beberapa detik sebelum pohon itu roboh. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.
Petugas dari Satpol PP, BPBD, dan Dinas Lingkungan Hidup langsung bergerak cepat. Dengan gergaji mesin, mereka memotong batang pohon yang melintang hingga mobil dan motor yang tertimpa berhasil dievakuasi sekitar pukul 17.54 WIB.
Namun, insiden di Jalan Bintoro hanyalah salah satu dari banyak kejadian serupa. Kepala BPBD Kota Surabaya, Agus Hebi, mengungkapkan ada 21 laporan pohon tumbang dan bangunan roboh di berbagai titik. Lokasi seperti Jalan Kedondong, Jalan Kayoon, Rungkut, hingga Raya Kupang Jaya ikut terdampak.
"Data ini kemungkinan masih akan bertambah," kata Agus, mengisyaratkan bahwa Surabaya sedang menghadapi ujian besar.
Di sisi lain, banjir membuat banyak kawasan di Surabaya lumpuh. Genangan air setinggi betis orang dewasa melanda Jalan Raya Dukuh Kupang, Simo Mulyo, dan Banyuurip. Seorang warga, Roni, yang kebetulan melintas di Jalan Raya Satelit Indah, mengungkapkan bagaimana mobil-mobil mogok karena nekat menerjang banjir.
"Padahal box culvert-nya sudah diperbaiki Pemkot Surabaya. Tapi kok banjir lagi ya? Kayaknya memang intensitas hujannya yang tinggi banget akhir-akhir ini," ungkap Toni, warga Manukan.
Hujan yang mengguyur sejak pukul 14.00 hingga 17.00 WIB itu meninggalkan pelajaran penting. Infrastruktur yang baik tetap kalah jika alam sedang marah. Bukan hanya soal saluran yang mampet, tapi juga soal kesadaran bahwa kota ini butuh lebih dari sekadar beton untuk bertahan.
Surabaya sore itu bukan hanya basah. Ia juga mengajarkan bahwa kesiapsiagaan bukan sekadar slogan, melainkan kebutuhan nyata. Karena alam selalu punya cara untuk mengingatkan manusia. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Dona Pramudya |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi