SUARA INDONESIA

Akademisi dan Aktivis Nilai Kurangnya Pendidikan Politik di Pilkada Banyuwangi 2020

Muhammad Nurul Yaqin - 21 November 2020 | 16:11 - Dibaca 1.60k kali
Politik Akademisi dan Aktivis Nilai Kurangnya Pendidikan Politik di Pilkada Banyuwangi 2020
Niko Pahlevi Hentika, Dosen Prodi Administrasi Publik FISIP Universitas 17 Agustus (Untag) Banyuwangi, saat memberikan penjelasan. (Foto: Suaraindonesia).

BANYUWANGI- Akademisi dan aktivis di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menilai kurangnya pendidikan politik bagi masyarakat di Pilkada Banyuwangi 2020.

Seperti yang disampaikan Dosen Akademisi FISIP Universitas 17 Agustus (Untag) Banyuwangi, Niko Pahlevi Hentika, belum lama ini muncul poster yang berisi ujaran kebencian. Menurutnya itu merupakan produk buruk akibat tidak adanya pendidikan politik yang baik.

"Sehingga masyarakat menganggap itu sebuah hal yang lumrah. Itu berbahaya sekali karena masyarakat hanya menelan mentah-mentah tanpa mengevaluasi. Hal tersebut karena minimnya pendidikan politik yang diberikan oleh partai politik," ujar dosen lulusan Brawijaya ini.

Tentunya, lanjut Niko, letak bahaya dengan adanya ujaran kebencian yang cenderung mengadu domba tersebut dapat memecah masyarakat. Karena masyarakat mudah terpengaruh dan cenderung emosional.

"Yang pasti berujung ke perpecahan masyarakat, berakibat adu kekuatan dan adu fisik dalam masyarakat," sambungnya.

Dia menjelaskan bahwa pendidikan politik adalah unsur yang penting yang harus diberikan kepada masyarakat guna berkembangnya sebuah sistem tatanan bernegara.

"Pendidikan politik yang baik menjadi penting sebab mampu menumbuhkan perbaikan politik kita dan memperbaiki sistem demokrasi kita," ucapnya.

Masih Niko, idealnya dalam menumbuhkan kedewasaan serta kecerdasan berpolitik masyarakat, tidak bisa dilakukan dengan jangka waktu yang singkat.

"Perlu tahapan proses yang panjang, karena biasanya masyarakat itu disuguhkan pendidikan politik itu ya hanya di masa-masa kampanye saja. Jadi terkesan hanya mengulik ketidaktahuan masyarakat untuk kemudian dimanfaatkan suaranya," tukasnya.

Diucapkannya, jika pendidikan politik itu kurang kemudian akan lumrah bila masyarakat terlebih anak muda menjadi alergi politik, karena yang menjadi suguhan yakni praktik-praktik buruk dalam berpolitik.

"Sehingga anak muda berpikir apa gunanya bagi saya mengikuti politik. Ya jelas ketika generasi muda sudah berpikir seperti itu. Akhirnya demokrasi kita ya akan terus memburuk. Akhirnya yang menguasai perpolitikan ya orang-orang itu itu saja atau bahkan mafia atau cukong yang mengisinya," pungkas Dosen Administrasi Publik Untag Banyuwangi ini.

Ketua HMI Cabang Banyuwangi Untung Aprilyanto

Sementara Ketua HMI Cabang Banyuwangi Untung Aprilyanto, juga menilai sejauh ini gelaran Pilkada Banyuwangi tahun 2020 tidak memberi pendidikan politik yang baik bagi masyarakat.

Hal tersebut ia simpulkan dari banyaknya pelanggaran selama masa kampanye. Kemudian yang menjadi fokus sorotnya adalah aksi saling hujat lawan politik dari simpatisan calon yang masih sering dijumpai di platform media sosial. 

"Sehingga kami melihat di media sosial seperti facebook, mereka lebih sibuk mencari celah kesalahan lawan politiknya daripada menyakinkan pemilih bahwa program yang di usung calonnya lebih unggul dari lawannya tanpa di barengi mencibir program lawan politiknya," beber Untung.

Untung juga menilai bahwa tindakan tersebut terkesan berbahaya, semakin membuat masyarakat terlebih generasi muda jijik serta alergi politik. Dan ini bisa menjadi pembodohan politik yang menyebabkan negara Indonesia tidak berkembang.

"Yang dikhawatirkan adalah generasi muda jadi jijik dan alergi politik. karena para calon saat ini tidak memberikan pendidikan politik yang baik. Ini sangat riskan karena nantinya generasi muda yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan kedepan," katanya.

Maka Ia meminta kepada semua pihak, agar turut memberikan solusi terkait permasalahan ini. Terlebih masing-masing Paslon, tim serta relawan turut andil guna memberikan contoh yang baik bagi masyarakat.

"Dan saran kami kepada kedua paslon beserta para tim jangan gunakan cara menjatuhkan lawan politiknya untuk menarik simpati pemilih tapi bagaimana supaya lebih fokus kepada visi misinya,"ucapnya.

"Jika ini terus dilakukan justru berdampak buruk untuk kedua paslon. yang bisa saja malah membuat pemilih enggan memilih keduanya atau golput dan tentu ini tidak baik," tandasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV