SUARA INDONESIA

Khofifah-Emil di Ambang Kemenangan Pilgub Jatim 2024: Momentum atau Status Quo?

Dona Pramudya - 21 November 2024 | 18:11 - Dibaca 253 kali
Politik Khofifah-Emil di Ambang Kemenangan Pilgub Jatim 2024: Momentum atau Status Quo?
Hasil survei Pilgub Jatim 2024 versi Poltracking. (Foto: Istimewa)

SUARA INDONESIA, SURABAYA - Hasil survei terbaru dari lembaga Poltracking menempatkan pasangan calon (paslon) Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak di posisi teratas dengan elektabilitas mencapai 68,4 persen. Namun, di balik angka-angka tersebut, pertanyaan besar muncul: apakah ini mencerminkan kekuatan riil di lapangan atau sekadar potret sementara?

Survei yang dilakukan pada 13-19 November 2024 ini, menggunakan metode multistage random sampling dengan melibatkan 2.000 responden di seluruh Jawa Timur.

Hasilnya, pasangan Khofifah-Emil jauh mengungguli dua rivalnya: Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Risma-Gus Hans) dengan 24,2 persen, serta Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Hakim (LUMAN) yang hanya meraih 3,8 persen. Sebanyak 3,6 persen responden masih belum menentukan pilihan.

Dominasi Khofifah-Emil: Struktur atau Sentimen?

Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda AR, menyebut tren elektabilitas Khofifah-Emil terus menguat dalam dua bulan terakhir. Menurutnya, keunggulan pasangan ini tidak lepas dari solidnya jaringan birokrasi yang mereka miliki, mengingat Khofifah sebagai gubernur petahana dan Emil sebagai wakilnya.

"Khofifah-Emil memiliki modal politik yang besar, terutama dari kinerja pemerintahan mereka selama menjabat. Ini tercermin dari tingkat kepuasan masyarakat Jawa Timur yang cukup tinggi terhadap kebijakan mereka," jelas Hanta dalam konferensi pers daring, Kamis (21/11/2024).

Namun, di sisi lain, ada pula yang menilai dominasi ini lebih bersifat struktural dibanding sentimen personal. Pengamat politik Universitas Airlangga, Didik Prasetyo, mengatakan bahwa keberadaan Khofifah dan Emil sebagai petahana memberikan keunggulan yang tidak dimiliki dua paslon lain.

"Petahana biasanya lebih diuntungkan karena akses mereka terhadap sumber daya politik dan jaringan birokrasi yang telah terbangun. Namun, tantangannya adalah memastikan bahwa keunggulan ini diterjemahkan menjadi dukungan riil pada hari pemungutan suara," kata Didik.

Risma-Gus Hans: Strategi Menembus Batas Elektabilitas

Sementara itu, pasangan Risma-Gus Hans berada di posisi kedua dengan elektabilitas 24,2 persen. Meski terpaut jauh, tim pemenangan mereka masih optimistis mampu mengejar selisih angka tersebut. Menurut Direktur Media Tim Risma-Gus Hans, Yenny Kurnia, pihaknya sedang menggenjot kampanye tatap muka di wilayah yang belum terjangkau.

"Kami fokus pada daerah-daerah yang selama ini menjadi kantong suara potensial. Masih ada waktu untuk mengubah arah angin," ujar Yenny.

Namun, survei menunjukkan bahwa elektabilitas pasangan ini cenderung stagnan dalam dua bulan terakhir. Didik Prasetyo menilai, tantangan terbesar Risma-Gus Hans adalah memecah dominasi Khofifah-Emil di daerah pedesaan, yang selama ini menjadi basis dukungan kuat petahana.

Luman: Harapan di Balik Ketertinggalan

Pasangan Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Hakim (Luman) berada di posisi buncit dengan hanya 3,8 persen. Meski demikian, Luluk menyebut bahwa angka tersebut bukanlah akhir dari segalanya.

"Fokus kami adalah memperkuat pesan kampanye yang relevan dengan isu-isu masyarakat, seperti pemberdayaan perempuan dan UMKM. Kami percaya, perjuangan ini lebih dari sekadar angka elektabilitas," kata Luluk.

Namun, dengan waktu kampanye yang tersisa hanya tiga hari, tantangan bagi Luman adalah bagaimana memanfaatkan momentum terakhir ini untuk meningkatkan popularitas mereka di mata pemilih.

Dinamika Hari-Hari Terakhir

Dengan margin of error sebesar ±2,2 persen, Hanta Yuda memperkirakan hasil akhir Pilgub Jatim tidak akan jauh berbeda dari survei ini jika tidak ada kejadian besar yang mengguncang sentimen publik.

"Partisipasi pemilih dan konsistensi kampanye akan menjadi faktor kunci. Jika tidak ada operasi politik besar atau perubahan mendadak, Khofifah-Emil berpotensi memenangkan kontestasi ini dengan perolehan di atas 66 persen," jelas Hanta.

Namun, sejarah politik Indonesia menunjukkan bahwa dinamika pada hari-hari terakhir kampanye sering kali tidak terduga. Isu-isu lokal, strategi kampanye darurat, hingga potensi serangan balik politik bisa mengubah peta kekuatan.

Pada akhirnya, Pilgub Jatim 2024 bukan hanya soal angka elektabilitas, tetapi juga ujian bagaimana para paslon merespons aspirasi masyarakat di tengah kontestasi yang semakin ketat. Apakah angka 68,4 persen milik Khofifah-Emil akan menjadi kenyataan, atau justru Risma-Gus Hans dan Luman yang akan mencetak kejutan? Hasilnya akan terjawab di hari pencoblosan, enam hari lagi. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Dona Pramudya
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya