SUARA INDONESIA

Hakikat Ruku' dalam Shalat

Magang - 20 July 2021 | 07:07 - Dibaca 3.23k kali
Sejarah Hakikat Ruku' dalam Shalat
Gambar Ilustrasi

Oleh : Imam Muslimin 

Terurainya ruh, nafs, sukma, nyawa dan jasad kemudian berpisah-pisah menuju asal muasalnya masing-masing. Ruh dan sukma dari Allah, nyawa, nafas dan jasad dari tanah diilustrasikan dalam rupa/ wujud ruku', huruf lam. Ruh adalah gerakan sukma dan nyawa wujud nafas adalah gerakan jasad. Diumpamakan seekor burung piaraan, maka sangkar adalah nyawa dan bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya dari kayu maupun bambu adalah jasad. Kemudian, burung dalam sangkar adalah sukma, ocehan burung sebagai salah satu tanda adanya kehidupan burung adalah ruh.

Totalitas sangkar dan bahan²nya (nyawa dan jasad) serta burung dan suaranya yang merupakan anasir jauhar berupa sukma dan ruh, maupun 'arodh berupa berupa sangkar dan bahan²nya tersebut, kembali ke asal muasal semua berasal, sangat ditentukan oleh bagaimana ruku' yang kita dalam shalat secara benar dan tepat. Oleh karena itulah, kita diperintahkan untuk melakukan ruku' seperti telah dilakukan oleh para nabi dan rasul sebanyak 124.313, para shiddiqun, para syuhada', dan para sholihun.

Lihat dan perhatikan firman Allah SWT, 

Qs, 4 ; 69,70.


وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا  

ذَٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ عَلِيمًا

An-Nisa' : 69 - 70.

Juga, dalam firman-Nya, Qs, 2 ; 42, 43, 44, 45, 46.

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ 

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ  

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ 

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ 

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Al-Baqarah : 42 - 46

Orang alim berkata itu, jangan dilihat kalimat urainnya, tapi perhatikan perbuatannya kenapa ia berkata begitu, sebenarnya apa yang telah ia lakukan sehingga ia mengungkapkan kalimat semacam, itu?

Sebab, perkataan siapapun terlebih al A'lim apalagi al Arif billah, itu muncul berupa kalimat atau untaian syiir dst, oleh karena ybs telah melakukan perbuatan. Artinya, bukan kata-kata itu, sebenarnya secara hakiki adalah perbuatan. Untuk itulah, Allah SWT mengecam keras sebagai "kaburo maqtan" jika seseorang hanya berpedoman pada perkataan jauh dari perbuatan (Qs, 61 ; 2 dan 3).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Ash-Shaf : 2 - 3

Begitulah pendekatan pemahaman dengan teori Hermeneutika, merupakan salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi makna. Nama hermenuetika diambil dari kata kerja (verb, fi'il) dalam bahasa Yunani hermeneuin yang berarti, menafsirkan, memahami dst. 

Adapun tokohnya adalah H.G. Gadamer, yang menyatakan bahwa, bahasa adalah merupakan modus operandi dari cara kita didunia. Kata-kata atau ungkapan secara aksidental tidak pernah memiliki kebakuan, ia berkembang sesuai dengan kebudayaan manusia.

Bahasa juga dianggap sebagai medium tanpa batas. Adapun rumusannya berupa segitiga yaitu pengarang, teks dan pembaca. Disiplin ilmu yang banyak menggunakan pendekatan hermeneutik adalah penafsiran 'kitab suci', kemudian hukum.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Magang
Editor : Wildan Muklishah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV