SUARA INDONESIA

Merawat Kesenian Tradisional Kentrung yang Nyaris Punah di Jombang

Gono Dwi Santoso - 20 July 2023 | 16:07 - Dibaca 2.49k kali
Budaya Merawat Kesenian Tradisional Kentrung yang Nyaris Punah di Jombang
Badri (86), saat memainkan kendang kentrung di rumahnya di Dusun Jatimenok , Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Foto: Gono Dwi Santoso/Suaraindonesia.co.id).

JOMBANG, Suaraindonesia.co.id - Kesenian musik tradisional di Kabupaten Jombang terancam punah karena tidak lagi diminati masyarakat. Seperti seni Kentrung yang kini semakin ditinggalkan. Peran pemerintah dibutuhkan dalam pelestarian yang melibatkan masyarakat untuk merawat kesenian tersebut.

Di Dusun Jatimenok, Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, upaya menjaga eksistensi seni Kentrung dilakukan Badri meski minim regenerasi. Pria 86 tahun itu masih menyimpan dengan rapi semua alat-alat musik tradisional ini.

Alat musik tradisional, diantaranya seperti kendang, terbang, cimplung, dan ketipung warnanya sudah tidak lagi baru berwarna coklat ini dikeluarkan ketika latihan dan ada undangan manggung.

Ditemui di kediamannya, Badri menceritakan, awal mula menggeluti seni tradisional hingga saat ini, ketika dirinya semasa kecil ikut ngamen orangtuanya dengan musik Kentrung. Saat memilih daerah untuk dikunjungi pun harus melihat musim panen dan kepadatan penduduk.

"Waktu dulu ngamen, keliling kampung kadang-kadang sampai Sidoarjo, tapi kemudian kita lama-lama terbiasa dengan undangan karena sudah mulai punya nama kentrungnya. Sekarang jarang pentas, namun kemarin ke pendopo kabupaten Jombang main Kentrung yang dihadiri Bupati Jombang," kata Badri, Kamis (20/07/2023).

Badri menyebut, dalam memainkan seni Kentrung personelnya lima sampai lima orang yang perannya masing-masing berbeda. Diantaranya penabuh terbang, ketipung, dan cimplung serta melakukan pementasan mereka juga menyela dengan parikan khas orang Jawa.

"Saya sendiri di bagian kendang besar, sekaligus dalangnya, yang lain biasanya wanita bagiannya memukul rebana dan alat pukul lainnya, bahkan salah satu pemukul rebananya juga istri saya sendiri,” jelasnya.

Saat ini, dikatakan Badri, dirinya sebagai generasi kedua dari orangtuanya untuk melanjutkan kesenian tradisional musik Kentrung.

"Pertama kali mentas ketika itu ada seseorang yang ujar (bernadzar, Red) jika tiba masa wiwit pari (masa mulai memotong padi sebelum panen, Red) bagus maka akan menanggap kentrungan. Karena bapak sudah meninggal, mau tidak mau saya yang harus menggantikan bapak saya untuk bermain," terangnya.

Badri menyebutkan cerita lakon yang akan dibawakan ketika tampil tergantung pada tujuan atau acara yang diselenggarakan yang mempunyai hajat. Namun, Kentrung biasanya menceritakan cerita rakyat melalui lakon yang menyimbolkan kondisi sosial masyarakat.

"Untuk acara wiwit padi lakon yang biasa ditampilkan adalah Dewi Sri. Dalam lakon-lakon panji, cerita Angling Dharma atau Aji Saka, bahkan cerita-cerita baik bernuansa Islam seperti kisah para nabi dapat ditampilkan disesuaikan dengan tema acaranya," ungkapnya.

Meski Kentrung memiliki makna, namun saat ini minim generasi yang ingin terus melestarikan budaya Jawa ini.

"Belum ada yang berminat untuk turut bermain kentrung tapi kemarin ada anak anak mahasiswa yang ke sini siap untuk meneruskan kesenian kentrung ini," tandasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gono Dwi Santoso
Editor : Irqam

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV