SUARA INDONESIA

Mantan Presdir PT GMM Blak-blakan Keinginannya untuk Membangun PG di Blora Selatan

Gunawan - 21 May 2024 | 10:05 - Dibaca 852 kali
News Mantan Presdir PT GMM Blak-blakan Keinginannya untuk Membangun PG di Blora Selatan
Mantan Presdir Pabrik Gula (PG) PT. Gendhis Multi Manis (PT. GMM) Blora, Lie Kamadjaja saat ngobrol hangat. Ia blak-blakan di depan awak media, Senin (20/5/2024).

SUARA INDONESIA, REMBANG - Prihatin angka kemiskinan di Kabupaten Blora, mantan Presdir Pabrik Gula (PG) PT. Gendhis Multi Manis (PT. GMM) Blora, Lie Kamadjaja blak-blakan soal keinginannya untuk membangun PG di kawasan Randublatung, Blora.

Pendiri PT. GMM yang juga seorang pengusaha tersebut menilai bahwa Blora membutuhkan investor agar dapat menyerap tenaga kerja dan sesegera mungkin melakukan proses industrialisasi.

"Ini peluang, banyak potensi hadirnya PG di Blora Selatan (Randublatung), ekonomi terserap, mendatangkan peluang lapangan pekerjaan," ungkapnya, saat ngobrol santai bersama awak media.

Kamadjaja dalam keterangannya di PG Wadah Karya, Kabupaten Rembang di Jalan Raya Blora - Rembang, pada Senin (20/5/2024) mengaku kaget ketika awal mula masuk di Kabupaten Blora Jawa Tengah, masih banyak warga yang tinggal serumah dengan hewan ternak.

"Blora potensi alamnya luar biasa, namun hidup di bawah garis kemiskinan," papar Lie Kamadjaja.

Dirinya sangat mendorong dan mendukung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora agar segera melakukan proses industrialisasi.

"Dorongan, dukungan ini terus mengalir, tentunya. Hadirnya pabrik-pabrik industri di Blora, agar taraf hidup ekonomi warga kian membaik," terangnya.

Menurut Kamadjaja, saat ini masih ada banyak waktu untuk mengoptimalkan kebijakan, agar dapat berkesinambungan dalam membangun industrialisasi di Kabupaten Blora. "Membuka diri kepada investor ataupun pengusaha dan tak ada saling curiga," ungkapnya.

Bila ada dua pabrik di Blora, akan ada dua kali lipat untuk tenaga kerja yang terserap. Belum dari sisi lainnya, bila ada pabrik lain seperti pabrik pupuk, Kabupaten Blora akan sama majunya dengan kabupaten lain.

"Hadirnya satu pabrik, misalnya di GMM karyawan 1.000 bila musim giling, di lapangan dengan lahan 5.000 hektare dengan 10 pekerja, jadi ya 50.000 orang," paparnya.

Pihaknya juga mengatakan bahwa saat ini pabrik gula Wadah Karya Rembang direncanakan akan beroperasi pada tahun 2026 mendatang.

Pabrik gula ini, diharapkan dapat memberikan banyak peluang pekerjaan dan peningkatan ekonomi baru di sektor tebu termasuk halnya di Kabupaten Blora.

Pabrik Gula Wadah Karya Rembang akan memiliki kapasitas kurang lebih 2.500-4.000 ton setiap harinya, dengan kurang lebihnya memiliki harga rendemen 9 persen.

"Target kami tahun 2026 mulai melakukan giling dan dapat menjadi alternatif bagi para petani tebu, kapasitasnya kira-kira 2.500-4.000 ton setiap harinya," terang Kamajaya.

PG Wadah Karya Rembang ditaksir menghabiskan anggaran kurang lebih Rp 380 Miliar dan hingga saat ini masih membuka peluang-peluang kerjasama dengan para investor di sektor tebu.

"Telan Rp 380 Miliar dan saat ini masih dikelola sendiri. Kami juga membuka peluang dan membuka diri bila ada investor," kata Lie Kamadjaja.

Pihaknya juga berkomitmen dan berjanji akan memberikan harga rendemen yang cukup tinggi bagi para petani tebu, mematok minimal 9 persen.

"Kualitas bibit tebu, teknologi hingga prosesnya (panen), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga rendemen tebu ini sangat tinggi," paparnya.

PG Wadah Karya Rembang juga berencana akan menyediakan lahan puluhan hektare untuk lahan riset bibit tebu yang dapat disesuaikan dengan kondisi lahan di masing-masing lokasi penanaman.

"Pabrik Gula Wadah Karya Rembang juga akan menyiapkan lahan khusus untuk riset bibit tebu agar kualitasnya bagus di masing-masing lokasi penanaman," ungkap Kamadjaja.

Sebelumnya, para petani tebu Blora mengeluh kebijakan manajemen PT GMM Blora atas harga rendemen tebu giling lokal senilai Rp 670/kg atau Rp 67.000/kuintal yang dinilai tak sesuai standar dalam Surat Keputusan (SK) Dirjen Perkebunan, yakni sebesar Rp 690/kg atau Rp69.000/Kw.

"Ini jelas, sangat jauh dari peningkatan kesejahteraan petani tebu. PT GMM Blora membeli dengan harga Rp 69.000 per kuintal seharusnya sesuai dengan SK Dirjen Perkebunan. Ada dugaan, ini semua tidak sesuai harga yang ditetapkan," kata Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora, Anton Sudibyo, saat mengadu/wadul ke DPRD, beberapa waktu lalu di Blora.

Menurut Anton, selama beberapa tahun ini nasib petani tebu Blora sangat menderita dengan adanya harga rendemen tebu giling dibawah standar yang ditetapkan PT GMM Blora.

"Surat untuk mengevaluasi harga rendemen tersebut, juga tak direspon. Petani tebu Blora terpaksa wadul ke DPRD," kata dia.

"PT GMM mengacu pada Surat Edaran Direktorat Jenderal Perkebunan No.B-046/KB.110/05/2024 perihal penerapan sistem pembelian tebu, PT GMM menerima tebu Blora dengan harga Rp 670/Kg atau Rp 67.000/Kw, serta menerima tebu luar dengan harga Rp 690/kg atau Rp 69.000/Kw selisih ongkos angkut Rp 2.000/Kw, untuk Pati, Grobogan, Rembang dan Blora," ucap Direktur Operasional PT Gendhis Multi Manis (PT GMM), Krisna Murtiyanto, pada Jumat (10/5) dalam pres rilisnya.

Surat tersebut, kata Krisna, adalah untuk wilayah Jawa ditetapkan harga Rp 690.000/Ton atau Rp 69.000/Kw dengan ketentuan jika rendemen lebih tinggi atau kurang dari 7 persen maka harga tebu disesuaikan secara proporsional.

"Kami juga ada arahan melalui surat Nomor 346/TS.02.02/B/5/2024, dari Badan Pangan Nasional perihal Relaksasi Harga Gula Konsumsi di Tingkat Produsen," imbuhnya.

"Relaksasi terkait Harga Acuan Pembelian (HAP) sebesar Rp 14.500/Kg dari mulai tanggal 03 Mei 2024 sampai 31 Oktober 2024, masa akhir musim giling di Produsen Komoditas Gula," tutup Krisna. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gunawan
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV