SUARA INDONESIA, SITUBONDO - Kepala MTs Negeri 2 Panarukan, Nurul Azizah, membantah adanya penarikan sumbangan dan infaq yang dianggap sebagai pungli oleh ormas GMPI. Ia menjelaskan, sumbangan tersebut hanya untuk kebutuhan siswa dan telah disepakati oleh orang tua wali murid dan komite.
"Kami tidak pernah menarik sumbangan tahunan, hanya ada sumbangan untuk perpisahan kelas sembilan yang disepakati oleh orang tua wali murid dan komite," ujar Nurul Azizah kepada Suara Indonesia di kantornya, Jumat (20/12/2024).
Menurut Nurul, sumbangan perpisahan kelas sembilan tersebut digunakan untuk kebutuhan siswa dan telah ada pertanggungjawabannya. "Uang perpisahan itu kesepakatan orang tua wali murid dan komite, dan sumbangan perpisahan tersebut sudah berjalan sejak tahun-tahun sebelumnya," dalihnya.
Nurul menjelaskan bahwa total jumlah sumbangan tersebut berkisar antara Rp15 juta hingga Rp16 juta. "Tapi, tidak semua siswa membayar. Sehingga, total yang terkumpul hanya sekitar Rp10 juta. Kekurangannya ditambahkan dari sumbangan kasek dan guru-guru," ujarnya.
Dana BOS digunakan sesuai regulasi pemerintah, sedangkan infaq untuk kebutuhan lainnya. "Penarikan sumbangan infaq telah disepakati dengan wali murid melalui rapat dengan komite. Jadi, komite sendiri yang menawarkan kepada wali murid," jelasnya.
Nurul menekankan bahwa semua pengeluaran sekolah ada SPJ-nya dan dapat dipertanggungjawabkan. "Semua penerimaan dan pengeluaran ada laporannya. Kami laporkan kepada atasan langsung (Kemenag) untuk dana BOS dan kepada komite serta orang tua wali murid untuk sumbangan," katanya.
"Sayangnya, banyak orang tua yang tidak hadir dalam rapat, sehingga informasi tidak merata," tambahnya.
Nurul mengungkapkan keinginannya untuk meniadakan sumbangan, namun khawatir akan berimbas pada kegiatan lainnya. "Kami ingin meniadakan sumbangan, tapi akan berimbas pada kegiatan lainnya yang tidak bisa menggunakan dana BOS. Kami tidak ingin menimbulkan kegaduhan," pungkasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Syamsuri |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi