SUARA INDONESIA, SURABAYA - Kota Surabaya yang terlihat megah dengan banyaknya gedung tinggi dan wisata perbelanjaan, menunjukkan perekonomian kota terbesar ke dua di Indonesia ini terus mengalami kenaikan signifikan. Pembangunan berbagai gedung tinggi menggambarkan kemajuan Kota Surabaya.
Di antara tingginya gedung-gedung itu, terselip kisah pilu dan haru di tengah hiruk-pikuk dan gemerlap Kota Surabaya mengajarkan arti perjuangan yang harus terus tumbuh walau nasib hidup hampir membuat raga bersimpuh.
Berdasarkan informasi dari salah seorang amil zakat Lembaga Amil Zakat Nasional Lembaga Manajemen Infaq (Laznas LMI) Kota Surabaya, diketahui seorang kakek bernama Muhammad Fayakun (71) masih tinggal di kandang ayam.
Berdasarkan informasi tersebut, Humas Laznas LMI melakukan penelusuran ke lokasi secara langsung, yang berada di area lorong kecil Jalan Dinoyo IX, Dinoyo, Kota Surabaya.
Setelah menelusuri beberapa lorong sempit, sampai lah tim Laznas LMI ke rumah kakek Fayakun dengan sambutan senyum sang pemilik rumah.
Petugas Laznas LMI menyampaikan maksud dan tujuannya untuk melakukan kunjungan tersebut. Di sebuah gubuk kecil yang dikelilingi kandang ayam, kakek Fayakun menceritakan kisah pahit hidupnya.
Ia memiliki 5 anak, 3 anaknya telah berkeluarga sedangkan 2 anak lainnya masih tinggal bersamanya. Istrinya telah lama meninggal dunia sejak tahun 2011 lalu. Kakek Fayakun saat ini hanya ditemani oleh 2 anaknya yang telah remaja.
“Saya punya lima anak, tiga anak saya sudah menjadi orang (berkeluarga-red), sisanya masih menemani saya di sini,” ujarnya, Minggu (20/10/2024).
Rumah yang dihuni Fayakun berukuran sangat kecil, beratapkan seng dan beralas tanah. Di sekeliling rumah terdapat banyak kandang ayam, sekilas rumah itu juga berfungsi sebagai gubuk untuk ayam-ayam peliharaan kakek Fayakun.
Ia telah menempati gubuk itu sejak tahun 2000 silam, sekitar 24 tahun lamanya. Mirisnya, kakek Fayakun menyewa gubuk itu setiap bulannya. Walau hanya sebidang tanah kecil di wilayah terpencil Kota Surabaya, dirinya tetap harus menyewa gubuk tersebut untuk ditempati. Senyum dan tawa terus keluar dari kakek Fayakun sambil menceritakan kisahnya seolah tanpa beban dan keluhan.
Untuk menyambung hidup, ia bekerja tak tentu seperti membantu warga sekitar dengan imbalan tak seberapa, atau memulung barang bekas untuk dijual.
Ditanya apakah pernah mendapat bantuan dari pemerintah, kakek Fayakun menyebut dulunya pernah mendapat Program PKH dari Pemkot Surabaya, tapi selang beberapa tahun bantuan tersebut tidak tersalurkan lagi kepadanya dengan alasan bukan warga asli Surabaya.
Kedua anaknya pun hanya tamat SMP, ia tak sanggup membiayai pendidikan anaknya ke jenjang SMA, karena kondisi ekonomi yang tidak mencukupi. Kedua anaknya tersebut hanya menggantungkan penghasilan sebagai pengamen jalanan untuk membantu ayahnya.
Kakek Fayakun menyebut, anak-anaknya lah yang menjadi alasan untuk terus bertahap hidup di tengah kerasnya Kota Surabaya. Ia berharap lebih kuat dan sehat dalam menjalani hidup dan kedua anaknya bisa sukses dalam berkarir.
“Keinginan saya hanya ingin sehat saja dalam hidup saya, selebihnya saya ingin melihat anak-anak saya sukses bekerja, biar ekonominya lancar,” harapnya sambil menatap kedua anaknya.
Kakek Fayakun telah mengukir tinta semangatnya di jalan-jalan Kota Surabaya dalam mencari rezeki, membangun harapan yang menjulang mengalahkan gedung pencakar langit, dan mengajarkan bahwa keluarga menjadi harta paling berharga dalam hidup.
Kisah hidup kakek Fayakun menjadi motivasi bagi setiap oang untuk terus berjuang menantang kerasnya kehidupan yang dijalani. Mengeluh bukan menjadi solusi atas cobaan, justru dengan bersyukur menjadi sebuah harapan untuk tetap teguh dalam hidup.
Usai mendengarkan kisah hidup kakek Fayakun, tim Laznas LMI menyalurkan bingkisan dari para donatur untuk mengurangi beban ekonominya.
Sementara perwakilan Humas Laznas LMI Surabaya Arjun, mengatakan pihaknya akan mengupayakan penggalangan dana dari para donatur dan masyarakat untuk mencarikan jalan keluar permasalahan ekonomi kakek Fayakun.
“Setelah memastikan dan melihat secara langsung kondisi bapak Fayakun, kami akan membuka open donasi kepada masyarakat melalui penelusuran yang telah dilakukan. Nantinya donasi yang terkumpul akan disalurkan oleh LMI kepada bapak Fayakun dalam bentuk sembako, pakaian, ataupun uang," terangnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lutfi Hidayat |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi