SUARA INDONESIA, SURABAYA – Demokrasi memang milik semua orang. Bahkan mereka yang berada di balik jeruji besi. Dalam Pilkada serentak 2024, sebanyak 21.159 warga binaan dari 39 lapas dan rutan di Jawa Timur resmi terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Rabu, 27 November 2024, menjadi hari bersejarah bagi mereka. Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, warga binaan akan turut memberikan suara, baik untuk pemilihan gubernur maupun bupati dan wali kota.
"Jumlah DPT ini sudah ditetapkan KPU Provinsi Jawa Timur dan KPU daerah masing-masing," ujar Heni Yuwono, Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Jatim.
Dominasi Pemilih Laki-Laki
Jika dirinci, 91 persen atau 19.268 dari total DPT adalah warga binaan laki-laki. Sisanya, 1.891 orang, adalah perempuan. Meski begitu, angka ini sebenarnya masih jauh dari total jumlah warga binaan di Jatim yang mencapai 26.961 orang.
Beberapa kendala memang menjadi penghambat. Salah satunya, banyak warga binaan tidak masuk DPT karena domisili mereka tidak sesuai dengan alamat di KTP. Hal ini terjadi karena alasan keamanan dan pemerataan jumlah penghuni, sehingga warga binaan sering ditempatkan di luar domisili aslinya.
Surabaya tanpa Pilkada Surabaya
Ironi lain muncul untuk warga binaan yang berasal dari Surabaya. Meski mereka mendominasi penghuni Lapas dan Rutan Surabaya, lokasi kedua institusi ini secara administratif justru berada di Sidoarjo.
"Karena itu, mereka tidak bisa memilih wali kota dan wakil wali kota Surabaya. Tidak ada alokasi surat suara dari KPU Kota Surabaya," terang Heni.
TPS Khusus di Lapas dan Rutan
Untuk memastikan hak suara tetap tersalurkan, pihak Kemenkumham Jatim telah menyiapkan 66 TPS khusus di berbagai lapas dan rutan. Jumlah TPS terbanyak berada di Lapas Malang (5 TPS) dan Lapas Surabaya (4 TPS).
"Penentuan TPS kami sesuaikan dengan jumlah penghuni. Semuanya dipastikan proporsional," jelas Heni.
Kolaborasi apik antara Kemenkumham Jatim dan berbagai stakeholder juga patut diapresiasi. Tingkat partisipasi warga binaan diprediksi mencapai 78,5 persen. Angka yang tentu menjadi kebanggaan tersendiri dalam pesta demokrasi ini.
Menyentuh Hak Demokrasi
Di balik jeruji, mereka mungkin kehilangan banyak hal—kebebasan, keluarga, bahkan kepercayaan diri. Namun, hak untuk memilih pemimpin tak pernah hilang.
Pilkada serentak 2024 menjadi bukti nyata bahwa demokrasi di Indonesia terus memberi ruang, bahkan bagi mereka yang seolah tersisih. Dari balik jeruji, suara itu tetap menggema. Demi masa depan yang lebih baik, untuk kita semua. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Dona Pramudya |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi