SUARA INDONESIA, JOMBANG - Pondok Pesantren (Ponpes) At-Tahzib di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, terus berinovasi dalam membekali santrinya dengan keterampilan berwirausaha.
Selain pendidikan agama, santri di pesantren ini juga diajarkan budidaya ikan bawal dan ikan patin, dan menjadikan kegiatan ini sebagai bagian integral dari pendidikan mereka.
Didirikan pada tahun 1960, Ponpes At-Tahzib berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang holistik. Pengasuh Ponpes, KH Ahmad Masruh, menjelaskan bahwa selain ilmu agama, santri juga dilatih dalam berbagai keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
"Di Ponpes ini, kami mengajarkan ilmu berwirausaha seperti berkebun, berternak, dan berbudidaya ikan. Ini semua bertujuan untuk mempersiapkan santri agar memiliki bekal setelah lulus," ungkap Masruh, Minggu 15 Desember 2024, kemarin.
Saat ini, fokus utama santri adalah pada budidaya pembenihan ikan patin dan bawal. Proses pemilihan indukan ikan dilakukan dengan cara yang unik; para santri menyelam ke dalam kolam untuk memilih indukan berkualitas.
"Kami memilih indukan yang sudah berusia lebih dari 4 tahun. Setelah itu, kami melakukan suntik hormon untuk mempercepat proses pemijahan," tambahnya.
Setelah indukan bertelur, telur-telur tersebut dipindahkan ke kolam fiber berkapasitas 1.200 liter yang dilengkapi dengan aerator berdaya 100 Watt.
"Ini penting untuk memastikan oksigen cukup, sehingga ikan sehat dan cepat birahi," jelas Masruh. Dalam waktu 25 jam, telur-telur tersebut akan menetas dan dipindahkan ke kolam fiberglass berdiameter 1,5 meter, di mana sekitar 50 ribu larva ikan bawal akan dibesarkan.
Setelah satu setengah bulan di kolam pembesaran, ikan bawal siap untuk dipanen. Rata-rata berat ikan mencapai 0,5 kg per ekor, dengan harga jual sekitar Rp 17 ribu per kilogram. "Dari kolam seluas 2.000 m², kami bisa memanen sekitar 10 ton ikan bawal," ungkap KH Masruh dengan bangga.
Pemasaran ikan bawal ini menjangkau berbagai daerah, termasuk Surabaya, Mojokerto, dan Jombang. Namun, Masruh juga mengakui adanya tantangan dalam budidaya ini, terutama saat musim kemarau ketika proses pemijahan ikan menjadi sulit.
Kegiatan ekstrakurikuler perikanan di Ponpes At-Tahzib ini telah berlangsung selama beberapa tahun, dengan dua lokasi budidaya ikan yang berbeda lokasinya yang ada di sekitar pondok.
"Alhamdulillah, kami sukses mengawinkan ikan bawal dan ini satu-satunya yang ada di Jawa Timur. Petani di daerah sini ada beberapa puluh hektar, rata-rata petani ikan bawal karena makanannya ringan dan masih menguntungkan dibandingkan budidaya ikan lainnya," terangnya.
Masruh berharap pemerintah dapat memberikan dukungan agar perikanan di Kecamatan Ngoro, khususnya, dapat berkembang dan menjadikan Kabupaten Jombang sebagai ikon kota ikan.
"Potensi yang dimiliki sangat banyak, mulai dari aliran sungai Brantas hingga sungai Konto dari Waduk Selorejo. Sebenarnya, potensinya sangat baik," pungkasnya.
Dengan inovasi dan dedikasi yang tinggi, Pondok Pesantren At-Tahzib tidak hanya mencetak santri yang berilmu agama, tetapi juga santri yang siap berwirausaha dan berkontribusi pada perekonomian masyarakat.
Kegiatan budidaya ikan ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana pendidikan di pesantren dapat beradaptasi dengan kebutuhan zaman. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gono Dwi Santoso |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi