SUARA INDONESIA - Israel kembali melancarkan serangan terhadap fasilitas senjata yang diduga milik Hizbullah di Beirut selatan, Lebanon, pada Sabtu, 19 Oktober 2024.
Serangan ini dilakukan setelah kelompok bersenjata Hizbullah menembakkan roket ke wilayah utara Israel.
Dalam insiden terpisah, serangan drone juga menghantam rumah liburan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Situasi ini menandakan bahwa ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat, dengan Israel, Hamas, dan Hizbullah terus bersikeras melanjutkan pertempuran.
Di Gaza, serangan udara Israel telah mengakibatkan lebih dari 100 korban jiwa, menurut laporan tenaga medis dan media yang dikelola Hamas.
Serangan tersebut menargetkan berbagai wilayah di Gaza, termasuk Beit Lahiya, yang menewaskan setidaknya 73 orang.
Namun, angka resmi dari Kementerian Kesehatan Gaza belum dirilis secara detail.
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan, operasi penyelamatan semakin sulit dilakukan karena pemutusan layanan telekomunikasi dan internet, yang membuat kondisi di lapangan semakin rumit.
Israel, sementara itu, membantah angka korban yang dilaporkan oleh Hamas, menyatakan bahwa jumlah tersebut telah dibesar-besarkan.
Militer Israel mengklaim serangan mereka lebih terarah, dengan target utama berupa fasilitas dan pejuang Hamas, bukan warga sipil.
Meski demikian, pengepungan di sekitar rumah sakit dan wilayah padat penduduk seperti Jabalia semakin memperparah kondisi kemanusiaan di Gaza.
Banyak pihak berharap bahwa kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, pekan lalu dapat menjadi titik awal bagi tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas, serta mencegah eskalasi lebih lanjut dengan Hizbullah di Lebanon.
Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kedua belah pihak tetap bersikukuh melanjutkan pertempuran.
Israel mengklaim bahwa serangan mereka merupakan respons terhadap agresi dari Hamas dan Hizbullah, yang terus melancarkan serangan roket ke wilayah Israel.
Di sisi lain, Hamas dan Hizbullah menganggap serangan Israel sebagai bentuk pembersihan etnis dan genosida terhadap rakyat Palestina.
Kedua kelompok bersenjata ini menegaskan bahwa mereka tidak akan berhenti berjuang sampai Israel menghentikan pendudukan di wilayah Palestina.
Konflik yang berlangsung terus-menerus ini tidak hanya berdampak pada politik dan militer, tetapi juga memicu krisis kemanusiaan yang mendalam di Gaza dan Lebanon.
Rumah sakit di Gaza, khususnya di wilayah utara, dilaporkan kekurangan pasokan medis, tenaga kerja, dan terjebak dalam situasi yang semakin kritis.
Dengan blokade ketat dari Israel dan pengepungan di sekitar fasilitas medis, banyak pasien dalam kondisi kritis yang tidak dapat menerima perawatan yang layak.
Situasi serupa terjadi di Lebanon, di mana serangan udara Israel menghancurkan fasilitas-fasilitas penting di Beirut selatan, termasuk bangunan yang diduga digunakan oleh Hizbullah.
Warga sipil di wilayah tersebut kini terperangkap dalam ketidakpastian, dengan akses ke bantuan kemanusiaan yang semakin terbatas.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Aditya Mulawarman |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi