SUARA INDONESIA

Meski Puluhan Tahun Mengabdi, Nasib Penjaga Sekolah di Jember Ini Masih Miris

Imam Hairon - 20 November 2021 | 09:11 - Dibaca 8.57k kali
Features Meski Puluhan Tahun Mengabdi, Nasib Penjaga Sekolah di Jember Ini Masih Miris
Penjaga sekolah SDN Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur (Foto: Istimewa)

SUARA INDONESIA, JEMBER - Sungguh miris nasib Sunarip warga Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Ia sudah tiga puluh tahun lebih bekerja sebagai pesuruh atau pegawai tidak tetap, di salah satu sekolah dasar negeri di wilayah setempat.

Sunarip memulai karirnya pada Tanggal 01 Juni 1990 masa presiden Soeharto kala itu.

Gaji perdananya, yang ia terima Rp 5000 ribu rupiah saja setiap bulannya dari kepala sekolah pertama waktu itu.

Pria kelahiran 1954 ini, memutuskan untuk menjadi abdi negara sejak masih remaja dan belum berkeluarga.

Dengan harapan dan mimpi besar, ia bisa mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai pegawai negeri sipil.

Namun, hingga rambutnya memutih mimpi itu tidak pernah dia dapatkan.

Bahkan, sampai dirinya memiliki anak dan cucu namun mimpi itu masih tetap suram.

Kendati upah yang dia dapatkan hanya pengganti uang lelah, Sunarip tetap saja melakoni profesi itu.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia nyambi sebagai sebagai buruh serabutan sepulang sekolah.

Maklum saja, istrinya di rumah juga tidak bekerja. Hanya menanam ubi-ubian dan kopi di kebun.

Bagi Sunarip, mimpi untuk menjadi aparatur sipil negar harus dia kubur dalam-dalam.

Bagaimana tidak, setiap ada pendaftaran calon pegawai negeri sipil, formasi untuk penjaga sekolah selalu minim. Bahkan, nyaris tidak ada.

SK Bupati pun, disaat yang lain mendapatkan, dirinya justru belum kebagian.

Semakin ke belakang, dirinya sadar, faktor usia yang sudah tidak lagi memungkinkan untuk menjadi pegawai pemerintah. 

Sunarip hanya bisa mengaku pasrah, jika dirinya ditakdirkan tidak bisa meraih mimpinya, meskipun sampai akhir hayatnya.

"Mungkin ini sudah nasib dan takdir saya harus seperti ini," katanya, dengan nada memelas.

Diakui Sunarip mengabdi meski tidak dapat pengakuan, baginya adalah pekerjaan mulia.

"Hanya satu saja, ingin dapat pahala di hadapan ALLAH. Andai dunia tidak saya dapatkan, akhirat setidaknya jadi harapan," katanya.

Dirinya hanya menaruh harapan, pemerintah untuk bisa bijak melihat nasib honorer pegawai tidak tetap.

"Tugas mereka mulia. Andai tidak bisa jadi PNS minimal mereka dihargai itu saja," katanya.

Diakhir pengabdiannya nanti kalau dirinya tidak kuat, hanya ingin bertemu dengan Presiden 

"Ingin bercerita kepada Presiden Jokowi langsung. Bagaimana ngenesnya nasib penjaga sekolah itu,"katanya.

Hanya secarik kertas bertuliskan surat penugasan berikut kartu NUPTK yang bisa dia simpan di lemarinya sebagai kenang-kenangan.

"Kalau besok saya sudah tidak kuat lagi, saya bisa bercerita dan mengajari cucu saya, bagaimana belajar ikhlas itu," tuturnya.

Sunarip adalah satu dari puluhan ribu penjaga sekolah di seluruh Indonesia yang bernasib tragis hingga saat ini.


» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Imam Hairon
Editor : Wildan Muklishah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV