SUARA INDONESIA

IKA PMII Mengecam Laku Represif Polisi di Tuban 

Irqam - 17 August 2023 | 17:08 - Dibaca 1.92k kali
News IKA PMII Mengecam Laku Represif Polisi di Tuban 
Aparat kepolisian diduga melakukan tindakan represif terhadap mahasiswa yang berunjuk rasa didepan Kantor DPRD menyoroti kinerja Bupati dan Wakil Bupati Tuban, (Foto: Istimewa/Suaraindonesia.co.id)

TUBAN, Suaraindonesia.co.id - Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) mengecam perlakuan represif aparat kepolisian terhadap mahasiswa yang berunjuk rasa didepan Kantor DPRD menyoroti kinerja Bupati dan Wakil Bupati Tuban pada Rabu (16/08/2023) kemarin.

Mereka menilai tindakan polisi menyalahi prosedur dalam pengamanan demonstrasi sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa (Protap Dalmas).

Hal itu diungkapkan Ketua IKA PMII Tuban Khoirul Huda saat mendatangi Polres Tuban bersama puluhan anggotanya pada Kamis (19/08/2023) siang. Ia meminta kepada Kapolres setempat mengusut dan memeriksa anggota yang melakukan represif.

"Yang pasti kami meminta agar Kapolres Tuban sesegera mungkin melakukan tindakan tegas atas kejadian yang menimpa adik-adik kami ketika melakukan aksi demonstrasi," kata Khoirul Huda.

Huda—sapaannya menyebut, adanya beberapa mahasiswa dari PC PMII Tuban yang mengalami luka-luka dan dugaan pelecehan seharusnya bisa dihindari jika polisi menggunakan kekerasan secara berlebihan dan lebih mengedepankan sikap persuasif.

Saat ini, lanjut Khoirul Huda, IKA PMII Tuban tengah membentuk tim pencari fakta yang bertugas memperdalam insiden ini. Dari bukti sementara yang didapat, beberapa oknum polisi terbukti melakukan pelanggaran prosedur keamanan unjuk rasa.

"Semestinya yang melakukan penanganan kepada perempuan saat melakukan aksi unjuk rasa adalah Polwan bukan petugas laki-laki. Inilah yang menjadi salah satu kemarahan kami," tegas mantan aktivis PMII.

Selain membentuk tim pencari fakta, IKA PMII Tuban juga sudah menyiapkan kuasa hukum untuk menangani dan mengusut tuntas kasus ini. Huda berharap Kapolres Tuban benar-benar melakukan tindakan tegas dan terbuka kepada anak buahnya yang terbukti melakukan pelanggaran.

"Kami juga mendapat dukungan dari pengurus IKA PMII dan PC PMII dari seluruh Indonesia. Harapan kami preseden buruk ini tidak terjadi lagi dan menjadi momok menakutkan bagi mahasiswa yang ingin menyampaikan pendapatnya," ungkapnya.

Huda menambahkan jika Polres Tuban lari dari tanggungjawab, maka pihaknya akan melakukan berbagai upaya aksi solidaritas dan upaya hukum.

Sementara itu, Wakapolres Tuban Kompol Palma Fitria Pahlevi akan menyampaikan tuntutan dari IKA PMII Tuban ke Kapolres Tuban AKBP Suryono. Ia menyebut akan memberitahukan hasilnya meski belum berani memastikan kapan waktunya.

Dia menjelaskan, jumlah anggota polisi yang diterjunkan dalam pengamanan aksi unjuk rasa yang dilakukan PC PMII Tuban sekitar 75 anggota termasuk polwan.

"Tentunya kami menyayangkan atas kejadian kemarin, dan akan kami tindak lanjuti sesuai dengan aturan yang berlaku. Mengenai video kekerasan yang beredar saat peristiwa akan kami evaluasi," tandasnya.

Sebelumnya, aksi demonstrasi mahasiswa yang tergabung PC PMII Tuban terhadap kepemimpinan Bupati dan Wakil Tuban berakhir ricuh dengan aparat kepolisian.

Aksi demo rapor merah atas kebijakan Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky ini pada Rabu (16/08/2023), massa berorasi di Kantor Bupati Tuban. 

Namun, puluhan mahasiswa bergeser ke gedung dewan karena mendapat informasi bahwa Bupati Tuban sedang ikut Rapat Paripurna dengan anggota DPRD.

Aksi mulai memanas saat mahasiswa menduga Bupati Tuban keluar diam-diam dari gedung DPRD menggunakan mobil Toyota Innova. Kemudian, massa aksi menghadang mobil tersebut.

Pada waktu yang sama, aparat kepolisian berupaya mencegah dan langsung membubarkan kerumunan mahasiswa yang memblokade jalan, yang berujung bentrok.

Bahkan, seorang mahasiswi diduga dilecehkan oleh oknum aparat kepolisian yang mengamankan jalannya aksi. Dia mengaku digerayangi dan dianiaya.

"Kalau luka karena diseret saya tidak masalah. Tapi jangan pegang daerah intimnya. Tadi pakai tangan sambil saya di tarik," kata HI sambil kondisi menangis.

Sementara Agus, mahasiswa lainnya yang ikut aksi menyebutkan dirinya ditendang hingga dibanting oleh polisi berpakaian preman.

"Saya dikeroyok polisi. Ditendang dan dipiting tadi. Ini perut saya sakit banget," ungkap Agus.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Irqam
Editor : Lutfi Hidayat

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV