SUARA INDONESIA, SITUBONDO - Tantangan terberat bagi Bupati dan Wakil Bupati Situbondo terpilih Rio dan Ulfi, diprediksi akan datang setelah dilantik pada Februari 2025 mendatang.
Setidaknya ada dua tantangan. Pertama, mempertahankan koalisi besar beserta elemen-elemen pendukungnya, termasuk kultur. Kedua, menyelesaikan cost politics tanpa 'cok ngecok dan congoco' (korupsi dan menipu) selama lima tahun ke depan.
Hal itu disampaikan Pengamat Politik Situbondo, Arief Ma'ruf Riscahyono. Dia mengatakan, untuk mempertahankan koalisi besar serta elemen pendukungnya ini tantangan yang sangat berat dan tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan.
"Melayani kepentingan partai-partai dan juga kepentingan pendukung serta relawan, ini sangat berat. Di zaman Pak Karna, melayani satu partai pengusung saja, dia kelabakan. Puncaknya ketika diminta menempatkan posisi dua orang kepala dinas yang ditolak oleh Pak Karna yang berakhir dengan tidak lagi kebersamaan," ujarnya.
Kata Arief, pasangan Rio-ulfi, akan menghadapi tekanan dan ujian yang lebih berat. Yang harus dilayani, kepentingan dua partai besar dan beberapa partai lainnya, kepentingan dua kutub dengan egonya masing-masing, juga para relawan yang punya ekspektasi tinggi sebagai orang yang merasa berjasa.
"Jadi tak mungkin Rio-Ulfi memuaskan semua pihak. Tak mungkin kepentingan pihak-pihak yang merasa ikut berjasa memenangkan bisa diakomodasi semua," bebernya.
Lebih lanjut Arief menjelaskan, orang yang pertama berjuang di garis depan, menjadi orang pertama yang tersingkirkan. Jangan lupa, dia berujar, sejarah akan selalu berulang.
“Itulah mengapa saya memprediksi koalisi kebersamaan hanya akan berumur tak lebih dari setahun. Tanda-tandanya sudah kelihatan. Tim transisi yang dibentuk minggu lalu, ada yang tidak dilibatkan. Ini setidaknya dua ketua partai. Bahkan, ketua Tim Pemenangan Rio-Ulfi juga tidak masuk,” bebernya.
"Nanti setelah Agustus 2025 pada saat penempatan jabatan, tarik ulur akan semakin kuat dan waktu itulah perpecahan koalisi kebersamaan dimulai. Puncaknya ketika kue proyek APBD akan dibagi di bulan Mei-Juni. Proyek-proyek tak bertuan yang akan diperebutkan," tambahnya.
Tantangan kedua, sambung Arief, tak kalah sukarnya. Jargon “Tak Congocoa, Tak Ngeco'a" sangat bagus sebagai tagline kampanye. Tapi, nyaris tidak mungkin dalam kenyataan.
Bukan rahasia lagi, Arief menambahkan, dalam kontestasi politik seperti pilkada, ongkos politik sangat besar. Biaya politik itu tak mungkin dicover oleh dana pribadi. Selalu ada bohir di belakang panggung. Bisa jadi mereka adalah kontraktor, pemodal, pemilik pabrik emas, ASN, atau bahkan pinjaman bank, yang pada akhirnya dana-dana itu harus dikembalikan.
"Konon, cost politics sekelas Kabupaten Situbondo bisa menghabiskan minimal lima puluh miliar rupiah. Pertanyaannya, bisakah pasangan Rio-Ulfi mengembalikan "pinjaman-pinjaman" tanpa "ngecok" dan tanpa "congoco"? Pada saat yang bersamaan, juga banyak yang harus dilayani, termasuk tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, dan bisa jadi juga APH yang anggaran honornya di APBD minimalis," imbuhnya.
Menurut Arief, tak mungkin semua itu ditutup dari dana operasional bupati dan wakil bupati. Pada akhirnya, Rio-Ulfi akan melakukan seperti yang tuduhan yang dilakukan bupati sebelumnya, main fee proyek, titip di hibah dan jasmas, bisa juga jual beli jabatan yang semua itu masuk katagori "ngecok dan congoco".
"Tokoh-tokoh agama, akan masa bodoh dari mana uang diterima berasal. Terlepas dari semua itu, saya merasa senang calon yang didukung kultur menang," jelasnya.
Paling tidak, jelas Arief masjid-masjid di lingkungan pondok Situbondo akan ramai lagi dan halamannya penuh mobil berpelat merah. Bahkan bisa jadi, pejabat yang paling mendukung bupati sebelumnya, akan duduk di shaf paling depan.
"Karena mereka adalah ASN yang tahu pasti, bagaimana cara mendapatkan posisi. Selalu ada pintu untuk meraih posisi. Tidak harus selalu dari pintu bupati atau wakil bupati. Bisa juga melalui orang yang pegang kendali atas bupati," ujarnya.
“Semoga apa yang menjadi prediksi saya ini tidak terjadi, tetapi Mas Rio dan Mbak Ulfi sebagai bupati terpilih mampu mengatasi dua tantangan berat itu,” pungkas Arief Ma'ruf Riscahyono.
Sementara itu, Humas Tim Pemenangan Rio-Ulfi, Tolak Atin mengatakan, tim koalisi pemenangan kebersamaan sampai saat ini masih tetap solid dan berkomitmen untuk selalu berjuang bersama.
Juga pengawalan bersama bagaimana visi dan misi Rio-Ulfi untuk bersama-sama dikawal agar visi-misi itu yang dituangkan bisa mencapai tujuan hingga menjadi daya ungkit bagi kabupaten setempat.
"Jadi sampai hari ini itu tetap solid. Ada banyak saran dan masukan yang kami kumpulkan dalam rangka penyempurnaan bagaimana percepatan misi itu bisa mencapai visi. Dan kalau ada orang yang mengkritisi koalisi pemenangan kebersamaan Rio-Ulfi tidak sampai satu tahun akan bubar, ini terlalu dini dalam menyimpulkannya," ujarnya.
Dia juga menepis kabar kalau ada partai koalisi yang tidak dilibatkan dalam masa transisi. Dia menegaskan, semuanya sudah dilibatkan. Bahkan, nama-namanya sudah ada di divisi. Jadi, tidak ada yang tidak masuk.
“Walaupun kemarin hanya kapten-kaptennya saja yang terekspos, yang jelas kita pastikan tim kebersamaan dari partai pengusung dan pendukung itu sudah diakomodasi semuanya," ujarnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Syamsuri |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi