SUARA INDONESIA

Kenang Hari Sasongko, Tantri Bararoh: Beliau Salah Satu Guru Kader Terbaik GMNI

Mohammad Sodiq - 19 November 2020 | 12:11 - Dibaca 2.54k kali
Features Kenang Hari Sasongko, Tantri Bararoh: Beliau Salah Satu Guru Kader Terbaik GMNI
Alumni GmnI Malang Raya, Hari Sasongko.

KABUPATEN MALANG - Banyak kesan ditinggalkan almarhum Hari Sasongko kepada para kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Malang, terutama yang berlatar aktivis sejak mahasiswa.

Salah satu kader itu adalah Tantri Bararoh, yang kini menjabat Anggota DPRD Kabupaten Malang.

Keakraban terjalin erat sejak Tantri menjadi kader GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). 

"Memang pada saat itu kami beda kampus, saya di Untag Surabaya, sedangkan Mas Koko (Hari Sasongko) di FIA Brawijaya Malang. Pada saat itu pada masa NKK/BKK, Untag kiblatnya GMNI Brawijaya. Salah satu yang mengkader yang mementori kami pada saat itu Mas Koko," kenang Tantri Bararoh, Kamis (19/11/2020).

Banyak hal yang diajarkan almarhum Hari Sasongko kepadanya. Mulai dari ideologi Marhaenisme, Pancasila dan banyak lainnya.

"Saya itu masuk GMNI sekitar tahun 1987. Kita diajarkan tentang ber-GMNI itu bagaimana, Ideologi Pancasila dan tentunya tidak lepas dari Marhaenisme sebagai embrionya.

Menurut Tantri, perjuangan Hari Sasongko sangatlah luar biasa. Sebab, militansi almarhum tak diragukan dan tak mengenal lelah.

"Bayangin saja, pada masa itu belum ada kendaraan. Beliau bolak balik Surabaya-Malang, menyebarkan Ideologi Marhaenisme masih menggunakan bemo. Beliau sangat teguh memperjuangkan Ideologi Pancasila Soekarno 1 Juni pada masa itu," ungkapnya.

Selain saat menjadi aktivis GMNI, Tantri Bararoh juga mengenang masa-masanya bersama Hari Sasongko di PDI hingga menjadi PDI Perjuangan.

Yang masih ada dalam ingatannya hingga sekarang adalah masa Kongres Luar Biasa (KLB) PDI di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, pada 2-6 Desember 1993 silam.

"Saat itu kita sama-sama menjadi panitia KLB yang penuh heroik dalam memperjuangankan Idelogi," ujarnya.

Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjabat Ketua DPC PDI Jakarta Selatan terpilih menjadi Ketua Umum pada KLB PDI secara "de facto" dan tak mampu dibendung oleh pemerintah, meskipun pemerintah tidak bersedia mengakui terpilihnya putri Presiden I RI Soekarno itu secara "de jure".

"Ibu Mega kurang mendapatkan tempat pada saat itu, tapi ya itulah perjuangan kita pada saat itu, terjadi deadlock caos, sehingga Bu Mega tidak bisa keluar dari area kongres. Diluar sudah di kepung oleh rezim Orde Baru, sehingga pada saat itu saya dan Mas Koko dan yang lainnya mengamankan Bu Mega di ruangan khusus," kenangnya.

Baginya, Hari Sasongko adalah Guru Kader Lintas Generasi. Sifatnya yang mengayomi terhadap semua orang tanpa membedakan satu dengan yang lain membuatnya dikenal banyak orang.

"Beliau adalah guru saya. Mas Koko juga mempunyai kedekatan dengan almarhum bapak saya (Marsudi Fandinegara). Mas Koko juga menganggap Pak Marsudi sebagai gurunya," pungkasnya.

Diceritakannya lagi, Hari Sasongko tertarik masuk ke PDI karena melihat sosok almarhum Marsudi Fandinegara yang mana juga merupakan sesepuh alumni GMNI Malang Raya.

"Mas Koko pernah cerita ke saya, bahwa sosok almarhum bapaklah yang membuatnya tertarik masuk ke PDI pada masa itu, bahkan sejak masa SMA sudah tertarik," ujarnya.

Lanjut Tantri, perjuangan Hari Sasongko dalam berpolitik tak berhenti hanya di PDI. Almarhum juga pernah menjabat sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang selama 2 periode.

Dari buah perjuangannya sebagai ketua DPC, hingga mempunyai kantor di Jalan Mojosari, Kepanjen, Kabupaten Malang.

"Jadi kantor DPC yang sekarang itu adalah salah satu perjuangan beliau. Kebetulan saya juga pengurus DPC pada saat itu. Beliaulah yang banyak memperjuangkan kantor itu, dari pertama kali meletakkan batu pertama hingga akhirnya bisa membangun kantor di belakang itu," katanya.

Ada satu hal yang yang belum terselesaikan keinginan almarhum kepada Tantri Bararoh. Yaitu menulis sejarah Babat Tanah Jawa.

"Beliau juga ingin membuat buku terkait sejarah Babat Tanah Jawa bahwa beliau yang bicara, terus saya suruh nulis dan sampai saat ini belum terpenuhi," ujar Bendahara DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang ini.

Sebagai ucapan terakhir, Tantri Bararoh sangat mengagumi sosok Hari Sasongko. Menurutnya, sosok almarhum adalah pribadi yang sangat santun, sehingga mudah diterima semua orang.

"Selain santun beliau mempunyai sifat yang tidak suka membuka aib orang lain. Yang paling saya tahu adalah jiwa besar beliau inilah yang saya kagumi. Dan beliau ini orangnya sabar," tutup Tantri Bararoh mengakhiri percakapan dengan suaraindonesia.co.id.

Politisi senior PDI Perjuangan Kabupaten Malang itu menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Moewardi Surakarta, Rabu (18/11/2020).

Sebelumnya, almarhum mengalami kecelakaan di Jalan Tol Ngawi-Solo saat melakukan kunjungan kerja ke Yogyakarta pada Kamis, 12 November lalu.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Mohammad Sodiq
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya