JOMBANG, Suaraindonesia.co.id – Imroatus Solihah tak mengira produksi keripik tempenya belakangan justru banjir pesanan.
Lima tahun silam, warga Dusun Canggon, Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang ini mengawali dengan coba-coba.
“Jadi waktu itu coba-coba saja. Ternyata waktu jadi, hasilnya bagus dan banyak yang suka. Jadi ya diteruskan sampai sekarang dan seluruhnya keripik tempe, dan memang semuanya diproduksi di sini, saya sendiri yang membuat” terang Imroatus kepada Suaraindonesia.co.id, Jumat (28/10/2023).
Imroatus menjelaskan, proses produksinya, dari menggoreng, mengemas dilakukan di rumahnya. Dimulai dari proses pembuatan tempe sebagai bahan dasarnya.
“Yang membuat tempenya ini adik saya, terus saya ambil, tapi tidak bisa langsung digunakan,” lanjutnya.
Imroatus mengatakan, cara membuat kripik tempe harus dicampur dahulu dengan tepung kanji, untuk menambah tekstur berada dalam olahan keripik nanti. Tempe baru itu didiamkan hingga tiga hari. Hingga seluruhnya siap diproses.
“Setelah tempe jadi, baru kemudian diiris-iris tipis, dan tidak boleh langsung digoreng, didiamkan dulu 10 menit di kulkas,setelah waktu cukup” tambahnya,
Solihah memulai penggorengan keripiknya. Sebelum dimasukkan ke minyak panas, keripik itu harus dicelupkan dulu ke dalam air yang sudah diberi bumbu dengan tujuannya, tentu saja untuk memberi rasa pada keripik buatannya," terangnya
Imroatus menambahkan dalam sehari bisa memproduksi hingga 2 kilogram tempe. Produk itu, biasa dia jual ke sejumlah warung kopi hingga menggunakan pasar online.
“Kalau ke warung itu biasanya kemasan kecil, yang harganya Rp1 ribu hingga Rp2 ribu. Kalau untuk online, ukurannya lebih besar, ada yang ¼ kilogram, ada juga yang 1 kilogram. Harganya itu Rp 60 ribu untuk tiap 1 kilogram,” pungkasnya. (*).
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gono Dwi Santoso |
Editor | : Danu Sukendro |
Komentar & Reaksi