SUARA INDONESIA, JEMBER - Steven Dean Pratama namanya. Dia adalah putra pertama dari pasangan Irwan Bahtera dan Neneng Widyarsih warga Sumberjeruk, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Keinginan kuat orang tua disambut dengan semangat oleh anaknya, mampu mengantarkan Steven menjadi atlet berprestasi.
Bagaimana tidak, puluhan kejuaraan di berbagai belahan kota dan kabupaten se-Jawa dan Bali hampir diikuti.
Berangkat dari Persatuan Tenis Meja (PTM) Vortex, Steven perlahan-lahan namanya mulai dikenal dan melambung di berbagai kejuaraan.
Ya, hasilnya sangat memuaskan. Steven, sering menjuarai dan memboyong piala dan penghargaan.
Di usianya ke 15 tahun ini, terbilang masih sangat muda dengan prestasi gemilang, Steven kini menjadi rebutan.
Mulai dari perusahaan, pemerintah daerah dan sekolah di bawah kementerian agama berminat untuk mengontraknya.
Tidak semudah membalikan telapak tangan membentuk Steven manjadi pemain tangguh.
Begitu kalimat yang terlontar dari sang sosok ayah yang dengan setia mendampinginya.
Banyak cobaan dan pengorbanan baik waktu, materi dan tenaga yang harus dikeluarkan. Ya, demi mimpi ingin mengharumkan nama Jember di kancah perpimpongan.
Seperti mendatangkan pelatih profesional, menjaga kesehatan sampai fasilitas yang mendukung pun disiapkan.
Beruntung, pelatih asuhnya, tidak mata duitan. Rela diberi seikhlasnya meskipun rokok sebatang.
Meskipun serba keterbatasan dan kekurangan, Steven mampu bersabar dan bisa menerima dengan kondisi apapun.
Bahkan, kurang makan pun yang penting bertanding, rela dia lakukan.
Maklum saja, penghasilan orang tuannya masih pas-pasan dan pegawai rendah di tempatnya bekerja.
Sementara, sang ayah, masih bekerja serabutan. Selama halal dan tidak melawan hukum, lakukan.
Banyak cerita menyentuh dan inspiratif yang diceritakan oleh sang ayah saat mendampingi anak tercintanya.
Mulai dari kurang ongkos untuk datang ke pertandingan hingga tidur di emperan. Bahkan lapar, itu menjadi hal yang biasa dilakukan.
"Yang penting bertanding dulu, meskipun kurang makan, tetap jalan. Tidak mudah memang, tapi inilah kenyataan," ujar Irwan menceritakan.
Sebagai orang asli Jember, dirinya hanya merasa heran. Banyaknya pendapatan asli daerah (PAD) tidak ada kepedulian terhadap atlet berprestasi.
"Padahal, anak kami sering mengharumkan nama Jember, Jember dan Jember selalu naik podium. Tapi kepedulian Jember mana," katanya heran.
Irwan pun menyayangkan, atas sikap setengah hati Bupati Jember terhadap dunia olahraga khususnya tenis meja.
"Untuk sekolah gratis saja susah, ini kebutuhan dasar. Anak kami mendapatkan beasiswa gratis justru dari Gresik. Jember tidak ada," bebernya.
Lucunya lagi, selama menjadi atlet berprestasi, diakui Irwan dari Pemkab Jember pernah mendapatkan penghargaan tidak lebih dari Rp.250.000.
"Pernah dikasih, terkesan cukup untuk makan gorengan. Jember tercinta, yang katanya kota pendidikan. Mana kepeduliannya kepada anak bangsa," keluhnya.
Anggota Komisi D DPRD Jember, Ardi Pujo Prabowo mengaku tersentuh dengan apa yang dialami Steven.
Sebagai anggota dewan yang memang bermitra dengan bidang olahraga dirinya mengaku sudah berulangkali mendorong Pemkab Jember agar ada kepedulian terhadap pembinaan atlet berprestasi.
"Bahkan, di setiap pertemuan saya paling tegas untuk urusan itu. Tetapi, sampai hari ini belum dilaksanakan," katanya.
Ardi tidak bisa menyembunyikan kecemasannya, sampai saat ini banyak atlet berprestasi asli dan kelahiran Jember justru menjadi aset kabupaten lain.
"Mereka lebih membesarkan nama luar Jember. Ini kita maklumi, karena kepedulian Jember yang masih kurang," paparnya.
Sebagai wakil rakyat, Ardi berkomitmen akan melakukan evaluasi dan menanyakan sejauh mana kepedulian terhadap atlet olahraga di Jember.
"Ini tidak bisa dibiarkan, jika dibiarkan ini akan memalukan kepada Jember sendiri. Kita ingin, membina bibit-bibit berprestasi putra asli Jember dan bisa mengharumkan nama Jember," katanya menyesalkan.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Imam Hairon |
Editor | : Satria Galih Saputra |
Komentar & Reaksi