KUTAI TIMUR - Hari raya Idul Adha identik dengan idul qurban, dimana pada hari raya tersebut selain ibadah puasa tarwiyah-arofah, sholat ied maka ada ritual penyembelihan hewan qurban.
Ritual Qurban atau mengorbankan hewan merupakan ajaran yang diajarkan oleh Nabiyullah Ibrahim A.S. Sebelum diperintahkan kepada Nabi Ibrahim A.S, perintah berkurban sudah ada sejak zaman Nabi Adam, hal ini termuat dalam Surat Al Maidah Ayat 27. Bersandar pada nilai histori dan filosofi tersebut, syariat berkurban setidaknya ada dua pesan moral untuk dibangun dan dihadirkan dalam kehidupan ini.
Pertama, Kesalehan Spritual. Kesalehan spritual ini awalnya bersifat subjektif, imani dan privat namun demikian melalui penyembeliahn hewan kurban kesalehan tersebut mampu diinternalisasikan dalam kehidupan nyata.
Senyatanya, inilah ujian keimanan terhebat guna melihat seberapa kuat iman seseorang ketika harta benda yang disayangi atau bahkan nyawa yang dimiliki wajib dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketika berkurban, bukan daging dan darah yang akan sampai kepada_Nya melainkan keikhlasan dan penghambaan yang tulus kepada Allah lah yang diniatkan.
Kedua, Kesalehan Sosial. Ibadah kurban merupakan upaya menghidupkan sunnah Nabi Allah SWT, dengan menyembelih hewan kurban ungkapan rasa syukur coba dihadirkan.
Lebih lanjut, tak dapat dipungkiri bahwa dengan berkorban hewan maka kitapun mampu saling berbagi dan memberi. Mungkin saja ada diantara kita yang tak mampu membeli 1kg/1kantong daging sapi maupun kambing disepanjang tahun, maka dimomen idul quban ini mereka bisa merasakan dan turut bahagia.
Kebahagian inilah salah satu bukti bahwa nilai idul qurban mampu dirasakan oleh semua kalangan mulai dari yang tak berada sampai yang berada, yang bawahan sampai yang pangkat dan seterusnya.
Sebab ritual qurban terus dilaksanakan setiap tahunnya, maka manageman yang baik dalam pengelolaan dan distribusi hewan juga harus diperhatikan. Di Masjid Nur Ikhlas Jl. Lele Sp. 1 Dusun Sumber Jaya Desa Wanasari Kec. Muara Wahau pengelolaan terorganisir mulai dilakukan.
“Kerjasama semua pihak dalam hal ini menjadi kunci keberhasilanya, mulai dari tokoh masyarakat, tokoh agama, RT, relawan KMUI dan semuan masyarakat yang terlibat, seperti yang disampaikan oleh ketua panitia Bapak Sujar”.
Penyembelihan hewan kurban di Masjid Nur Ikhlas dilaksanakan pada hari kedua, ada 6 ekor sapi yang dikorbankan dengan waktu 4 jam pengelolaan (pukul 08.00-12.00), berat total daging 650kg (belum termasuk tulang, kulit dan jeroan), kemudian distribusi sebanyak 450 kantong hewan qurban dengan berat 1,4kg yang diberikan kepada warga sedusun sumber jaya, aparat pemerintah dan guru ngaji.
Dalam proses pengelolaan hewan qurban protokol kesehatan juga sangat diperhatikan terlebih dimasa-masa pandemi seperti terpantau dilapangan. Ditutup oleh ketua panitia, pada acara pembubaran kepanitiaan “semoga ditahun-tahun yang akan datang masyarakat percaya (trass publik) kepada kita, sehingga hewan qurban lebih banyak lagi dan masyarakat bisa merasakan hewan qurban yang ada secara merata”.
Hemat penulis, inilah tradisi baik bagian dari kesalehan sosial secara kolektif. Setiap momen atau kegiatan mampu diorganisir-dimanagemen dengan baik kemudian dipertangungjawabkan diakhir kegiatan.
Evaluasi untuk kebaikan kedepan menjadi sebuah keniscayaan, sebab disanalah ada penilaian yang terukur, distribusi kerja yang terarah dan seterusnya.
Sebagai penutup, ibadah kurban menegaskan Islam adalah agama yang memiliki dimensi spritual dan lebih-lebih dimensi sosial, dimana kerekatan sosial, ikatan sosial, kepedulian sosial harus terus dibangun yang bersanding dengan kesalehan spritual yang ada.(*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Eki Adi Nugroho |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi