SUARA INDONESIA, SUMENEP- Sebuah video di akun media sosial Instagram @maduratrending menunjukkan seorang bayi dalam keadaan dibalut sarung, kemudian digendong dan dicium oleh laki-laki.
Awalnya tak ada yang aneh dengan video tersebut. Akan tetapi, konten di akun IG itu berhasil menyedot perhatian dan menghebohkan jagat maya.
Pasalnya, berdasarkan keterangan video, bayi yang digendong oleh seorang laki-laki itu diduga telah dilahirkan, padahal orang tuanya sama sekali tidak merasa sedang hamil.
Video juga menggambarkan banyak warga, terutama ibu-ibu yang berbondong-bondong ingin melihat bayi yang dibedong tersebut.
Seperti diketahui, dalam keterangan caption video tertulis "Viral!!! Melahirkan tanpa merasa hamil di Desa Jaddung Pragaan Sumenep" tulis akun IG @maduratrending.
Akun tersebut juga menerangkan bahwa kejadian itu berlangsung pada Jumat (26/01/2024), sekitar pukul 06.00 WIB.
Selanjutnya, juga menyebut bahwa berdasarkan informasi yang didapatkan, pasangan suami istri (pasutri) itu, telah menjalani penantian selama 12 tahun dari pernikahan.
"Jumat (26/1/2024) pagi sekitar jam 06.00 WIB. Menurut informasi pasangan suami istri ini penantian 12 tahun dari pernikahan," lanjut akun tersebut.
Warganet pun memberikan komentar yang beragam. Beberapa dari mereka menyambut gembira kabar itu dan mendoakan yang terbaik untuk sang bayi.
"Masyaallah semoga menjadi anak yang sholeh/sholeha, penyejuk mata kedua orang tuanya... Amin," tulis akun @nabilahibrahimsaid.
Akan tetapi tak sedikit juga yang merasa heran dan meminta, agar masyarakat tidak langsung mempercayai konten tersebut. "di luar nulur," ujar akun @vj-kwyh.
"Perlu diselidiki...... Tolonglah orang Madura harus sudah moderen dari segi pemikiran," timpal akun @rehan_elmadury.
Sementara itu, Kapolsek Prenduan Iptu Miftahol Rahman saat dihubungi melalui telepon oleh suaraindonesia.co.id, masih belum memberikan respons. Sehingga belum diketahui kebenaran informasi yang terlanjur viral tersebut. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
| Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
| Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi