SUARA INDONESIA

Keunikan Bubur Cadil Pemalang, Butuh Keahlian Khusus Tak Semua Orang Bisa Bikin

Ragil Surono - 06 May 2024 | 15:05 - Dibaca 572 kali
News Keunikan Bubur Cadil Pemalang, Butuh Keahlian Khusus Tak Semua Orang Bisa Bikin
Adonan bubur cadil perlu waktu beberapa jam untuk mengolahnya. (Foto: Ragil/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, PEMALANG- Pembuat bubur cadil di Pemalang sekarang sudah makin sulit ditemukan. Hal ini lantaran mudahnya membeli yang sudah matang dan banyak dijual di toko makanan atau kue.

Bubur cadil merupakan jajanan khas tradisional kota berjuluk Nasi Grombyang ini. Keberadaanya sejak zaman dulu sudah banyak dikenal dan dinikmati masyarakat pesisir pantai utara Jawa. Proses pembuatanya juga diajarkan secara turun temurun antargenerasi.

Kudapan dengan rasa manis sekali ini, butuh kecermatan serta ketelitian dalam takaran bumbu dan waktu pematangan. Keahlian ini mutlak diperlukan untuk mendapatkan cita rasa bubur cadil yang sempurna.

Tungku api yang dari batu atau bata merah serta kayu dengan jenis tertentu, harus disesuaikan dengan kondisi olahan bubur cadil. Kapan api harus menyala besar, kapan harus dikecilkan sangat mempengaruhi proses pembuatan bubur yang identik dengan “Tradisi Tedaksiten”, yaitu upacara adat turunya kaki bayi yang sudah berumur tujuh bulan.

Rondiyah (67), warga Ampelgading Kabupaten Pemalang, merupakan salah satu pembuat bubur cadil yang masih bertahan hingga kini. Ia meneruskan tradisi dari leluhurnya sebagai pembuat bubur berwarna merah, serta berbentuk bulat kecil seperti kelereng tersebut.

Ditemui pada acara salah seorang warga yang sedang melakukan upacara Tedaksiten, Senin (6/5/2024), Rondiyah mengatakan, jika pembuat bubur cadil saat ini kian sulit ditemukan. “Saya sendiri jauh-jauh datang kesini sudah dipesan satu minggu sebelumnya oleh yang punya hajat untuk nyadil (membuat cadil)," tuturnya.

Menurutnya, jika pembuatan bubur cadil ini harus dari bahan-bahan pilihan. Seperti kelapa tua yang bagus, beras ketan dan beras yang tidak pecah ketika dimasak, serta gula pasir dan gula merah. Juga saripati singkong ditambah daun pandan yang masih segar sebagai pewangi alami.

Proses pembuatan bubur, pertama api pada tungku dari batu atau bata merah dengan bahan bakar kayu yang menyala besar. Ini untuk mencapai kematangan maksimal pada bahan-bahan tersebut yang dituangkan pada penggorengan besar berbahan tembaga.

Api menyala besar juga dimaksudkan untuk memaksimalkan kematangan santan kelapa yang dilarutkan bersama beras ketan dan beras biasa.

Setelah beberapa saat dirasa sudah bahan-bahan tercampur merata, nyala api pada tungku mulai dikecilkan. Baru mulai diaduk bahan-bahan bubur cadil hingga memakan waktu selama berjam-jam. Alat adukan juga menggunakan alu berbahan kayu yang kuat agar tidak mudah patah.

“Pada proses pengadukan ini api tidak boleh menyala besar juga tidak boleh padam. Ini yang disebut api mengalun dan terasa pedih di mata yang mengaduk. Diperlukan waktu selama dua jam. Makanya upah pembuat bubur cadil di sini cukup mahal," pungkas Rondiyah. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Ragil Surono
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV