SUARA INDONESIA

Tak Direspons PT GMM, Petani Tebu Wadul ke DPRD Blora

Gunawan - 16 May 2024 | 21:05 - Dibaca 1.21k kali
News Tak Direspons PT GMM, Petani Tebu Wadul ke DPRD Blora
Perwakilan petani tebu Blora saat mengadu ke DPRD atas harga rendemen tebu dari PG PT GMM Blora, Kamis (16/5/2024). (Foto: Gunawan/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, BLORA - Keresahan petani tebu soal harga rendemen tebu giling lokal Rp. 67.000/kwintal dibawah standar dari Pabrik Gula PT Gendhis Multi Manis (PT. GMM) Todanan Blora, diduga tak sesuai harga standar Surat Keputusan (SK) Dirjen Perkebunan.

Harga tersebut dinilai jauh dari peningkatan kesejahteraan yang seharusnya harga beli tebu dalam SK tersebut mencapai Rp. 69.000 per kwintal, Pabrik Gula PT GMM Blora belum memberikan kontribusi positif petani tebu.

"Para petani mempertanyakan harga rendemen tebu giling lokal Rp. 67.000/kwintal dari PT GMM Blora. Ada dugaan tak sesuai SK Dirjen Perkebunan. Ini jelas pembohongan publik," terang Anton Sudibyo, Sekretaris DPC Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora.

Anton dalam keterangannya, pada Kamis (16/5/2024) saat wadul/mengadu ke DPRD Blora, mengatakan bahwa selama 4-5 tahun terakhir petani tebu menderita dengan harga rendemen tebu giling yang ditetapkan PT GMM Blora dibawah harga standar.

Keluhan para petani tebu, kata Anton, juga disampaikan melalui surat beberapa waktu lalu agar Pabrik Gula (PG) PT GMM Blora mengevaluasi kembali harga rendemen tebu giling sesuai dengan SK Dirjen Perkebunan, dengan harga Rp. 690/kg atau Rp.69.000/Kw.

"Pabrik lain berani membeli dengan harga yang sesuai. PT GMM diduga tidak mematuhi dan tak merespon keluhan petani tebu Blora, dan bahkan tak mampu membaca dalam SK," papar dia.

Para petani tebu menuntut agar Dirut PT GMM Blora segera dipanggil dan memberikan penjelasan kepada masyarakat, mengapa harga rendemen tebu giling tidak sesuai dalam SK Dirjen Perkebunan. "Pabrik Gula GMM low respon keluhan petani tebu Blora. Hal ini kami wadulkan ke dewan," ungkapnya.

Sementara itu, di Jalan Ahmad Yani, Wakil Ketua DPRD Blora Siswanto saat menerima perwakilan para petani tebu menyampaikan bahwa Bupati Blora Arief Rohman berjanji akan mengajak para petani tebu Blora ke Direksi Bulog di Jakarta, usai pelantikan APTRI Blora masa jabatan 2024-2029 beberapa hari lalu.

DPRD Blora, kata Siswanto, akan menugaskan anggota di Komisi B dan dinas terkait agar nantinya dapat terkoneksi dengan baik antara petani, pabrik, pemerintah dan stakeholder lainnya dalam membersamai perjuangan para petani tebu Blora ke Bulog, Jakarta," ungkap Siswanto.

Audiensi para petani tebu Blora, imbuhnya, perlu segera dilakukan dan dilaksanakan karena PG PT GMM adalah bagian dari Bulog Jakarta. "Segera (audiensi) dilaksanakan ke Bulog Jakarta," paparnya.

Sebelumnya pada Jumat (10/5) dalam pres rilisnya, Direktur Operasional PT Gendhis Multi Manis (PT GMM), Krisna Murtiyanto mengatakan bahwa mengacu pada Surat Edaran Direktorat Jenderal Perkebunan No.B-046/KB.110/05/2024 perihal penerapan sistem pembelian tebu, PT GMM menerima tebu Blora dengan harga Rp. 670/Kg atau Rp. 67.000/Kw, serta menerima tebu luar dengan harga Rp. 690/kg atau Rp.69.000/Kw dengan selisih ongkos angkut untuk luar Blora seperti Rembang, Grobogan, Pati dan Sragen sebesar Rp. 2000/Kw.

"Surat tersebut untuk wilayah Jawa ditetapkan harga Rp. 690.000/Ton atau Rp. 69.000/Kw dengan ketentuan jika rendemen lebih tinggi atau kurang dari 7% maka harga tebu disesuaikan secara proporsional," kata Krisna.

Selain dalam SE tersebut, GMM Blora mendapat arahan dari Badan Pangan Nasional melalui surat Nomor 346/TS.02.02/B/5/2024 perihal Relaksasi Harga Gula Konsumsi di Tingkat Produsen, dalam surat tersebut dilakukan relaksasi Harga Acuan Pembelian (HAP) di Produsen Komoditas Gula sebesar Rp.14.500/Kg berlaku 03 Mei 2024 sampai dengan 31 Oktober 2024 dan/atau hingga berakhirnya musim giling.

"Menyesuaikan harga belinya, dengan melihat rendemen untuk mendapatkan hal itu (pasokan) dan menaikkan secara berkala," imbuhnya.

Hal ini memperhatikan HPP gula agar tidak melanggar HAP Gula yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional, GMM Blora memasang harga standar (Rp. 67.000/kw untuk tebu Blora dan Rp.69.000/kw untuk tebu luar).

Karena, kata Krisna, hal ini menyesuaikan rendemen dan mengacu pada dasar yang ada. "Awal musim giling biasanya rendemen berkisar 5,5 persen sd 6 persen apalagi kalau curah hujan tinggi seiring dengan berjalannya waktu kemasakan tebu akan semakin matang," ungkapnya.

Semoga cuaca baik, sehingga akan membawa harga rendemen dan berpengaruh dengan kenaikan harga beli tebu. "Selain skema kenaikan harga tebu berkala, giling lebih awal, PT GMM juga melakukan persiapan mesin yang lebih serius agar tidak ada kendala saat on season," terang Krisna. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gunawan
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV