BANYUWANGI- Ahmad Syauqi, Pengamat Politik dan Komunikasi, menyayangkan pernyataan calon Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko, yang banyak mengkritisi kinerja pemerintahan saat ini, dalam debat publik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banyuwangi pada Rabu (3/12/2020) malam.
"Dalam debat biasa melakukan defensif (bertahan) dan ofensif (menyerang). Biasanya defensif dilakukan oleh incumbent, dan ofensif dilakukan newcomer (pendatang baru). Mas Yusuf yang sebagai incumbent karena dia adalah Wakil Bupati Banyuwangi saat ini, justru lebih banyak menyerang dengan mengkritisi pemerintahan. Ini kan aneh. Yusuf lupa kalau dia ada di dalamnya," ucap Direktur Media Sinergi Indonesia (MSI) ini.
Syauqi menyampaikan, seperti saat Yusuf mengkritisi program Smart Kampung yang kurang merata di desa-desa. Menurutnya dengan kewenangannya sebagai wakil bupati, Yusuf seharusnya bisa melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.
Dicontohkan oleh Syauqi, misalnya mengarahkan kepala desa, pembenahan, atau lainnya. Ini menimbulkan pertanyaan, Yusuf selama ini ke mana saja? Karena menurut Syauqi, pemerintahan Dahsyat (jargon pasangan Abdullah Azwar Anas-Yusuf Widyatmoko) sejak 2010 tidak bisa melepaskan salah satunya.
"Ini mengejutkan dan aneh. Pemerintahan ini satu paket (Anas-Yusuf), Yusuf justru membuka kekurangannya sendiri dan pasangannya. Ini tidak etis apapun alasannya. Logikanya jangan-jangan nantinya, Yusuf akan melakukan hal yang sama dengan membuka kekurangan wakilnya seandainya terpilih nanti," jelasnya.
Justru menurut Syauqi, Ipuk yang sebagai pendatang baru, banyak menyajikan data-data yang seharusnya hal itu keluar dari mulut Yusuf.
"Dalam debat kali ini, saya memberikan poin khusus pada Ning Ipuk karena mampu menyajikan data dan fakta, yang seharusnya keluar dari mulut Yusuf," kata Owner Disca Research and Consultan itu.
Menurut Syauqi, berbicara Pembangunan Ekonomi dan Tata Kelola Pemerintahan sesuai tema debat, bahasa Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 95 Tahun 2018, harusnya disebutkan oleh Yusuf. Namun dalam debat tersebut, SPBE justru disampaikan oleh Ipuk.
"Kenapa SPBE justru dijadikan visi misinya Ning Ipuk, bukan Yusuf padahal dia duduk di pemerintahan saat ini. Ini menjadi catatan tersendiri, karena Yusuf hanya mengatakan akan ada terobosan, tapi tidak solutif. Sementara Ipuk menyampaikan program berdasarkan data dan fakta," jelas Syauqi.
Menurut Syauqi pemerintahan saat ini dan masa depan tidak bisa dilakukan secara konvensional seperti sebelum-sebelumnya, tapi lebih pada digitalisasi seperti paperless dan timeless.
Alumni Untag Banyuwangi itu mengatakan, sebelum debat dia memprediksi apabila berbicara tata kelola pemerintah pasangan 01, Yusuf-Gus Riza, harusnya lebih menguasai panggung karena Yusuf berada di dalam pemerintahan.
"Sebelum debat saya menyampaikan dalam diskusi di stasiun TV di Banyuwangi, dengan pengalaman Yusuf selama 10 tahun menjadi wakil bupati akan lebih menguasai, karena harusnya Yusuf bisa mengupgrade kemampuannya. Namun jangan salah Ning Ipuk selama ini sering mengikuti pelatihan digiltalisasi pemerintahan dan sebagainya. Terbukti dalam debat publik kali ini, Ipuk mampu membabat habis semua pertanyaan panelis dengan menyajikan data dan fakta yang faktual, sementara Yusuf lebih makro," urainya.
Seperti Ipuk-Sugirah menyampaikan program digitalisasi melalui peningkatan hardware, software, dan brainware. Menurutnya ini selaras dengan perkembangan pemerintahan ke depan yang lebih mengedepankan digitalisasi, dan di berbagai negara maju sedang dikembangkan.
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memahami digital dan punya kemampuan mumpuni dalam artificial intelligence. Menurut Syauqi ini merupakan program spesifik yang tidak dikuasai oleh pasangan Yusuf-Riza. Sementara Ipuk-Sugirah menyampaikan dengan pelan dan jelas.
Selain itu menurut Syauqi yang menjadi sorotan adalah program Ipuk-Sugirah tentang pemulihan ekonomi pasca covid 19. Ini karena pemerintah pusat melalui Bapennas fokus pengembangan ekonomi pasca covid hingga 2024.
"Terkait pemulihan ekonomi pasca covid, Ipuk-Sugirah menyajikan data dan fakta yang spesifik menghadirkan, sementara Yusuf-Riza programnya bias," tutupnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : |
Komentar & Reaksi