JEMBER, Suaraindonesia.co.id - Namanya Hariri. Ia merupakan warga Desa/Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Hariri terlihat memegang sejumput kacang, hasil panen bersama satu orang temannya.
Bajunya tidak karuan, dengan krah terbuka tidak jelas kemana kancingnya. Tangan juga kotor.
Siapa sangka, pria bertubuh tegap ini berprofesi sebagai seorang perangkat desa di wilayah setempat.
Biasanya, setiap pagi bapak dua orang anak ini rutin berseragam dinas dengan dandanan seorang pegawai dan berkerja di kantoran.
Diusianya yang hampir memasuki 50 tahun, masih harus bekerja keras dan berjibaku, agar nafkah dan kebutuhan anak bisa tercukupi.
Hari ini, Minggu (08/10/2023) ia menjadi kuli. Hal itu diakuinya juga pekerjaan rutin di sela-sela kegiatan setelah bertugas.
Maklum saja, gaji Rp 2.000.000 diakuinya sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Belum lagi, harga sembako mulai merangkak naik dan anaknya sudah memasuki jenjang sekolah tingkat atas yang membutuhkan biaya banyak.
"Terpaksa melakoni pekerjaan sampingan ini sepulang kantor desa," ungkapnya.
Bagi Hariri, bekerja di kantor desa adalah bentuk pengabdian. Sementara menafkahi keluarga adalah kewajiban. Profesi sebagai pelayan masyarakat itu, ia lakoni sudah sepuluh tahun lebih.
"Apapun tetangga menyuruh saya, saya lakoni. Yang penting halal dan tidak mengganggu aktifitas kedinasan," katanya melanjutkan
"Banyak suka dukanya. Gaji sebenarnya sangat tidak cukup. Tetapi mau bagaimana lagi," sambungnya .
Menjadi kuli dengan tangan kotor, diakuinya tidak membuat dirinya menjadi gengsi dan malu.
"Malu itu yang korupsi. Malu yang nyolong uang rakyat. Biarkan tangan saya kotor, tetapi hasilnya bersih," tuturnya.
Besar harapan Hariri, Bupati dan DPRD bisa memperjuangkan nasib perangkat desa.
"Kami ini adalah ujung tombak di masyarakat. Jangan sampai, kami di bawah menderita. Sampean bisa dosa yang punya kebijakan," tuturnya.
Hariri, adalah salah satu dari seribu lebih perangkat desa di Kabupaten Jember yang gajinya masih jauh dari kata cukup.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Tamara Festiyanti |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi