SUARA INDONESIA

Ritual Kaki dan Pilkada: Eri Cahyadi di Persimpangan Takdir

Dona Pramudya - 27 November 2024 | 12:11 - Dibaca 105 kali
Politik Ritual Kaki dan Pilkada: Eri Cahyadi di Persimpangan Takdir
Eri Cahyadi sungkem di kaki sang ibu. (Foto: Istimewa)

SUARA INDONESIA, SURABAYA - Surabaya, kota penuh cerita. Rabu pagi itu, Eri Cahyadi, calon tunggal Wali Kota Surabaya, berjalan menuju TPS 4 Kelurahan Karah. Langit Surabaya cerah, tapi langkahnya penuh perenungan. Bukan sekadar mencoblos, bagi Eri, pagi itu adalah ritual, sebuah prosesi sakral yang membawanya ke titik ini.

"Sebelum menghadapi apapun, saya selalu datang ke umi, ke mertua, mencium kaki mereka. Ridho orang tua adalah ridho Gusti Allah," kata Eri dengan mata sedikit berkaca. Ritual itu, katanya, akan dia wariskan ke anak dan istrinya.

Di TPS, Eri hadir bersama keluarga istri dan dua anaknya berbalut pakaian putih sederhana. Sambutan kesenian hadrah mengiringi kedatangannya. Warga sekitar tampak santai, sebagian baru selesai mencoblos, sebagian lagi duduk menikmati hidangan yang disiapkan di sebelah TPS. Pilkada di Surabaya, pagi itu, terasa lebih seperti hajatan kampung ketimbang kompetisi politik.

Namun, di balik suasana santai itu, Eri menyimpan beban besar. Ada pekerjaan rumah yang belum selesai. "Gunung Sari, Jalan Wiyung—masih banyak yang harus saya selesaikan. Saya tidak ingin pekerjaan ini setengah-setengah. Ini demi kemaslahatan warga Surabaya," ujarnya tegas.

Pilkada kali ini, lanjut Eri, bukan sekadar soal menang atau kalah. "Pemilu itu luber. Pilihan ada di tangan warga. Saya hanya bisa meyakinkan mereka lewat program yang kami tawarkan," katanya.

Lima tahun yang lalu, dia memulai perjalanan ini. Namun, waktu yang terpotong Pilkada serentak membuatnya merasa ada tanggung jawab yang belum tuntas. "Saya maju lagi bukan karena ambisi, tapi karena amanah. Kalau tidak tuntas, saya khawatir, apa kata warga nanti?"

Pilkada bukan sekadar politik bagi Eri. Itu tentang merajut ulang simpul-simpul harapan yang belum terselesaikan. Dan pagi itu, sebelum mencoblos, ritual cium kaki adalah caranya untuk memastikan hatinya benar-benar di tempat yang seharusnya.

Ketika semua selesai, warga yang hadir di TPS kembali ke rutinitasnya. Tapi, untuk Eri Cahyadi, perjalanan baru saja dimulai. Di antara denting hadrah dan doa restu orang tua, Eri tahu: kemenangan sejati ada pada ridho Sang Pemilik Semesta. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Dona Pramudya
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya