JOMBANG, Suara Indonesia- Musim kemarau, petani di Dusun Plumpang Wetan, Desa Daditunggal, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, memilih menanam jagung. Ini karena pasokan air minim, sehingga petani bisa mengandalkan pompa air untuk irigasi.
Di desa ini, banyak petani yang memilih menanam jagung. Ada yang usia satu bulan hingga hampir panen. Mayoritas petani menanam jagung karena pasokan air untuk padi cukup sulit.
Sarman (43), petani jagung dusun setempat mengatakan, saat ini jagung yang ditanam sudah berumur 40 hari. Meski tanaman jagung bagus, tapi petani butuh modal serta biaya tambahan untuk perawatan dan pemupukan.
"Petani jagung harus mengeluarkan modal dua kali lipat untuk biaya pemupukan saja. Lahan seluas 7.500 meter persegi dibutuhkan biaya Rp 4 juta untuk beli pupuk nonsubsidi,” terangnya, Sabtu (14/10/2023).
Sarman mengatakan, biasanya petani Desa Daditunggal menanam jagung karena mau ditanami padi lagi tidak bisa. Belakangan ini petani kesulitan air, berbeda dengan sebelumnya. Pasokan air irigasi cukup lancar.
Sarman menambahkan, disamping biaya pupuk yang tinggi karena nonsubsidi, juga biaya untuk mengairi sawah menggunakan mesin pompa butuh biaya tambahan.
"Dulu ada air pengairan tidak begitu bingung. Berhubung tidak ada air, maka petani harus memompa di sumur buatan," tambahnya.
Bertambahnya modal yang dikeluarkan itu, otomatis mengurangi hasil panen petani. Belum lagi ancaman serangan hama yang bisa membuat petani rugi ganda.
"Biasanya serangan hama ulat dan tikus. Semoga panen nanti hasilnya bisa maksimal. Biasanya kisaran empat sampai lima ton kalau panen," pungkasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
| Pewarta | : Gono Dwi Santoso |
| Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi