SUARA INDONESIA, SEMARANG - Walikota Semarang, Hj.Hevearita Gunaryanti Rahayu mengungkapkan soal tantangan serius dalam mencapai ketahanan pangan kota. Meski keterbatasan lahan menjadi hambatan, kota berkomitmen untuk memperkuat ketahanan pangan melalui langkah-langkah inovatif.
Dalam siaran persnya, Hevearita menyampaikan, bahwa Kota Semarang perlu beradaptasi dengan kendala lahan dan kurangnya minat generasi muda di bidang pertanian. "Namun, kami memiliki visi kuat untuk meningkatkan produksi pangan lokal dengan dukungan kepada petani dan pengembangan teknologi pertanian," ujarnya.
Sementara dalam upaya mengatasi krisis kebutuhan beras, Walikota menyebut pihaknya hanya mampu memenuhi 15 persen kebutuhan beras kota. "Oleh karena itu, fokus kami adalah meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk solusi terintegrasi," ungkap Hevearita.
Ketahanan Pangan Berkelanjutan: Kuantitas dan Kualitas
Dalam menjawab pertanyaan terkait ketahanan pangan berkelanjutan, Walikota Hevearita memaparkan dua aspek krusial: kuantitas dan kualitas.
Kuantitas: Mengingat mobilitas tinggi penduduk Semarang, kerjasama dengan daerah hinterland menjadi kunci. Program urban farming juga ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang diharapkan berkembang menjadi subsisten.
Kualitas: Upaya promosi bahan pangan alternatif dan pengawasan komoditas seperti sayur, buah, dan daging menjadi prioritas. "Kami ingin memastikan masyarakat tidak hanya terfokus pada padi sebagai bahan pokok, tetapi juga mendapatkan nutrisi seimbang melalui variasi pangan," kata Hevearita.
Walikota berharap kolaborasi lintas sektor dapat menciptakan solusi terintegrasi untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memastikan kota Semarang tetap kuat di masa depan. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Redaksi |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi