SUARA INDONESIA, SURABAYA - Asisten Deputi Sentra Pembinaan Olahraga Prestasi di Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Muhammad Aziz Arianto, optimistis bahwa dalam 8 hingga 10 tahun mendatang, atlet Indonesia akan mampu meraih prestasi tingkat internasional, Rabu (4/12/2024).
"Kita perkirakan, jika mereka mulai berlatih sejak usia 16 tahun, pada 2032, mereka sudah siap berkompetisi di Olimpiade," ujarnya di sela pembukaan ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Taekwondo untuk kategori usia U13 dan U16 pada 4-6 Desember 2024 di GOR Futsal Unesa.
Aziz menjelaskan bahwa pembinaan olahraga membutuhkan waktu sekitar 10 tahun atau setara dengan 10.000 jam latihan. "Saat ini, mereka sudah melatih diri selama dua tahun," sebutnya.
Artinya, lanjut Azis dengan dukungan yang tepat, mereka bisa mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah, salah satunya adalah untuk ajang SEA Games dan Olimpiade.
Dia mencontohkan kesuksesan atlet angkat besi dan panjat tebing yang berhasil meraih medali di Olimpiade Tokyo 2020.
"Pembinaan yang terstruktur dan berkesinambungan membuahkan hasil yang luar biasa. Kami berharap cabang olahraga lain, termasuk taekwondo, dapat mengikuti jejak mereka," ungkap Aziz.
Salah satu tujuan jangka pendek adalah ajang ASEAN Youth Games, yang akan diikuti oleh atlet muda Indonesia.
"Kami berharap mereka dapat meraih prestasi, dan pada akhirnya, bertanding di Olimpiade," tuturnya.
Pembinaan olahraga di Indonesia kini semakin berkembang. Sejumlah klub dan sentra pelatihan olahraga yang potensial semakin banyak didirikan. Di antaranya, Sentra Latihan Olahraga Muda Potensial Nasional di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Unesa.
Selain itu, terdapat pula pusat pelatihan di Cibubur yang sedang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Pemerintah juga memperhatikan pembinaan atlet disabilitas, salah satunya dengan mendirikan pusat pelatihan di Karanganyar, Jawa Tengah.
"Ini menunjukkan bahwa perhatian pemerintah terhadap pembinaan olahraga, baik untuk atlet biasa maupun disabilitas, sangat besar," kata Aziz.
Bukti nyata perhatian tersebut terlihat dari antusiasme peserta yang mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) tahun ini.
"Jumlah peserta yang sangat banyak, terutama dari kategori usia 13 hingga 16 tahun, menunjukkan potensi besar di cabang olahraga seperti angkat besi dan panjat tebing," ujarnya.
Aziz mengungkapkan bahwa kejuaraan junior angkat besi yang akan digelar pada 11 Desember mendatang di Sentul, Bogor, Jawa Barat, menjadi ajang penting untuk menilai perkembangan atlet muda Indonesia.
Di lokasi sama, Staf Khusus Ketua Umum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI), Mayor Jenderal TNI (Mar) Supriyono, menyampaikan harapan besar terhadap kejuaraan kadet dan junior yang diselenggarakan oleh PBTI tahun ini.
"PBTI berkomitmen untuk menjaring bibit-bibit atlet berbakat dari berbagai daerah di Indonesia. Sesuai dengan arahan dari Ketua Umum PBTI, yang menginginkan agar kejuaraan ini menjadi ajang pencarian atlet yang nantinya dapat membanggakan Indonesia di tingkat internasional," cetusnya.
Untuk itu, lanjutnya selain menemukan atlet-atlet potensial di ajang Kejurnas ini justru bisa semakin berkembang menjadi atlet berprestasi siap bersaing di kompetisi ajang-ajang lebih besar, baik di Uni Emirat Arab maupun di Busan, Korea Selatan," serunya optimis.
Kendati demikian, menurutnya juga harus sejalan dan diperlukan kejuaraan dengan prinsip fair play dan integritas. " Yang jelas dan fokus intinya diharapkan bisa dijadikan pijakan untuk mencetak atlet yang kelak dapat berkompetisi di Olimpiade, terutama di tahun 2032," tuturnya.
"Kami dan Kemenpora akan terus konsisten dalam menjaring atlet muda berbakat, demi masa depan olahraga taekwondo Indonesia. Pesan dari Ketua Umum kepada seluruh penyelenggara dan wasit adalah untuk melaksanakan kejuaraan ini dengan penuh tanggung jawab dan memastikan bahwa yang menjadi juara benar-benar layak meraihnya," tutupnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Yulian (Magang) |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi