LUMAJANG - Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Lumajang, Supratman, meminta kepada lembaga pendidikan, agar siswa-siswi-nya memiliki jiwa Pancasila dan mampu melaksanakan pendidikan karakter, baik di rumah atau di sekolah.
Hal ini disampaikannya, saat memberi paparan kepada ratusan murid SMPN 1 Randuagung, Kabupaten Lumajang, pada saat melakukan kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui media film, Senin (30/1/2023).
“Keadilan itu tidak harus sama besarnya, tapi harus proporsional,” katanya kepada mereka dan para guru.
Selain itu, pihaknya juga mengajak semua murid yang hadir, beserta para Guru, untuk berkarakter Pancasila. Menurutnya, karakter pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. "berarti, diri kita harus ber-Tuhan, ber-Agama sesuai keyakinannya masing-masing,” ujarnya.
Pada sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Harus bisa memanusiakan manusia. Jika ada teman yang susah atau jatuh, itu harus ditolong tidak perlu ditanya agamanya apa, sukunya apa dan dari mana.
“Itulah wujud dari saling tolong-menolong dan saling membantu,” katanya.
Politisi PDIP ini, mengingatkan untuk jangan sekali-kali, Kepala Sekolah, guru dan anak-anak sekalian, mendapatkan paham, ideologi dan keyakinan yang tak sesuai dengan Pancasila.
“Saya berpesan, agar siswa yang tidak mampu bisa hadir di sini, bagaimana caranya, dicarikan solusi. Yang mampu mensubsidi yang tidak mampu, tapi jangan melanggar aturan. Saya prihatin jika masih ada siswa siswi yang tidak bisa hadir di tengah-tengah kita,” papar wakil rakyat ini.
Siswa-siswi yang kategori fakir, miskin dan yatim piatu harus mendapat fasilitas yang sama seperti murid lainnya. Kebijakan sekolah ini harus dilaksanakan di tempat lembaga satuan pendidikan.
Kami tidak ingin, anak-anak fakir, miskin dan yatim piatu tidak bisa hadir disini, karena alasan tidak punya uang. Sebagai pemimpin di lembaga satuan pendidikan, harus mampu melaksanakan penguatan pendidikan karakter (PPK) baik dari diri sendiri maupun dari lembaga,” terangnya.
Sekali lagi, wakil rakyat asal Kecamatan Senduro ini, tidak ingin ada anak-anak yang tidak hadir karena tidak punya uang, sebab ini tanggung jawab bersama-sama. Bagaimana caranya?. Hal itu, kata dia, harus dimusyawarahkan, mengatasi anak-anak yang tidak mampu.
“Umpamanya, sepulang dari sini, anak-anak sekalian bercerita, terkait kebahagiaan dan kesenangannya kepada teman-temannya yang tidak hadir, hal itu sangat membuat terenyuh hatinya,” ujarnya.
Hal seperti itu sudah pernah dirasakan Supratman, sebab tidak punya uang untuk membeli seragam olahraga, padahal kaos, pada waktu SMP. Ini tanggungjawab bersama dan harus bergotong royong, dalam rangka penguatan karakter.
Penguatan karakter berikutnya, yang dilakukan anak-anak dalam kehidupan sehari hari adalah kedisiplinan. Contohnya, bangun pagi dan sholat subuh tidak perlu dibangunkan oleh orang tua, sekaligus merapikan tempat tidurnya masing-masing. Ini salah satu pendidikan karakter yang ada di rumah.
“Semoga acara ini diberikan kesuksesan dan lancar, serta bermanfaat ketika ada tambahan ilmu terhadap PPK anak-anak. Terapkan jangan hanya dilihat, didengar dan dibaca saja, tapi terapkan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Ahmad Zainul Hamdi |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi