SUARA INDONESIA

Sejarah Singkat Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, Kiai As'ad Babat Hutan Belantara Jadi Pondok

Bahrullah - 08 February 2022 | 07:02 - Dibaca 22.40k kali
Peristiwa Sejarah Singkat Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, Kiai As'ad Babat Hutan Belantara Jadi Pondok
Kiai As'ad Syamsul Arifin Pahlawan Pelopor Revolusi Kemerdekaan Indonesia (Foto Istimewa)


SITUBONDO - Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, merupakan pondok yang sudah melahirkan santri-santri yang menjadi agen perubahan di masyarakat.

Alumni santri pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo sudah banyak melahirkan dan mewarnai, serta menjadi tokoh di tengah tengah masyarakat.

Alumni Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo ada yang menjadi guru, TNI, Polri, profesor, doktor, DPR, bupati pengusaha, dan kiai. 

Tidak banyak yang tahu bahwa bagaimana Kiai As'ad Syamsul Arifin membangun pondok pesantren itu penuh dengan perjuangan dhohir dan batin.

Lahirnya pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo tidak terlepas dari tokoh agama yang bergelar pahlawan, yaitu Kiai Haji Raden As'ad Syamsul Arifin

Kiai As'ad Syamsul Arifin lahir pada 1897 di Mekkah - wafat 4 Agustus 1990 di Situbondo.

Pada usia 93 tahun ini Kiai As'ad sudah merupakan ulama sekaligus tokoh penting dalam berdirinya Nahdlatul Ulama, sebab ia adalah penyampai pesan isyarat berupa tongkat disertai ayat Al Qur'an dari Syaikhona Kholil Bangkalan kepada KH. Hasyim Asy'ari, yang merupakan cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama.

Hingga wafatnya, ia menjabat sebagai Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan juga sebagai pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Situbondo.

Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 9 November 2016 sesuai Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016.

Dikutip dari laman website resmi https://pariwisata.situbondokab.go.id/wisata/pondok-pesantren-salafiyah-syafiiyah, pondok pesantren salafiyah Syafiiyah Sukorejo, bahwa berdirinya pondok pesantren ini dimulai pada tahun 1908.

Setelah mendapatkan restu dari Habib Musawa dan Kiai Asadullah dari Semarang, Kiai As'ad Syamsul Arifin membabat hutan belantara yang penuh dengan binatang buas untuk mendirikan pondok pesantren.

Hutan tersebut dipilih oleh Kiai As'ad berdasarkan hasil istikharah. Kini pondok pesantren tersebut sudah menjadi agen perubahan dan berkontribusi besar bagi masyarakat sekitarnya.

Tentunya tidak menyangka melihat kondisi sekitar pondok saat ini, baik di dalam pondok yang ekonominya sangat pesat dan penuh dengan kemegahan gedung gedung asrama santri putra dan putri, gedung lembaga pendidikan, masjidnya yang sangat megah yang ramai dengan aktivitas pengajian kitab.

Kalau dulunya pondok pesantren tersebut sebelum berdiri adalah hutan belantara yang penuh dengan binatang buas.

Berdirinya pondok pesantren tersebut dirasakan betul manfaatnya bagi masyarakat sekitar Kabupaten Situbondo.

Area ponpes ini sangat luas dan benar-benar memanfaatkan potensi para penduduk sekitar dan membuat mereka sejahtera.

Sebelum masuk ke area ponpes terdapat terdapat SPBU di bahu jalan, SPBU tersebut milik ponpes untuk pemberdayaan penduduk sekitar.

Masuk ke kompleks ponpes sekitar 2-3 km dari jalan besar, banyak berderet toko-toko milik warga dari mulai toko baju, kitab, rental komputer, warnet, tempat makan, warung-warung, mini market, ATM center, dan sebagainya.

Banyak santri yang berlalu lalang memakai sarung dan peci, dan seluruh wanita menggunakan jilbab.

Karena jarak dari jalan besar ke dalam ponpes cukup jauh ± 3 km para tamu dan wali santri yang mengirim anaknya biasanya memanfaatkan kendaraan khas di area ponpes yaitu Bentor (Becak Motor).

Di Area Pondok Pesantren, juga terdapat Makam Pahlawan Nasional Kiai As'ad Syamsul Arifin.


Karomah dan Jejak Kepahlawanan Kiai As'ad Syamsul Arifin

Selain mendirikan pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Kiai As'ad Syamsul Arifin juga turut berjuang membela tanah air.

Dikutip dari akun YouTube Dua Aufahttps://youtu.be/Gw8wKEzGOMI yang di upload satu tahun yang lalu, menceritakan, songkok Kiai As'ad melawan Pesawat dan Tank Tank Militer Belanda.

Diketahui, bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan buah hasil perjuangan para pahlawan yang di dalamnya itu ada para ulama turut Andil mengusir penjajah di tanah air.

Salah satu tokoh ulama yang ikut menjadi pelopor dan pahlawan melawan penjajahan Belanda di Indonesia adalah Kiai As'ad Syamsul Arifin.

Kiai Raden As'ad lahir pada tahun 1897 Masehi, di sebuah perkampungan dekat Masjidil Harom Mekah, ayahnya Raden Ibrahim atau dikenal dengan Kiai Syamsul Arifin dan ibunya Siti Maimunah.

Silsilahnya Kiai As'ad merupakan keturunan Bindoro Saud atau Tumenggung Tirtonegoro Bupati Sumenep pada tahun 1750 Masehi. Sementara Bindoro Saud adalah keturunan dari Sunan Kudus yang merupakan wali songo di Jawa.

Kiai As'ad kala itu membentuk barisan pejuang yang diberi nama barisan pelopor, anggotanya berasal dari orang Situbondo, Banyuwangi, Jember dan orang orang dari Pulau Madura.

Uniknya, anggota barisan pelopor ini tidak hanya berasal dari barisan santri saja, tetapi juga berasal dari kalangan penjahat yang dididik oleh Kiai As'ad untuk memiliki jiwa nasionalisme dalam rangka membela negara.

Kiai As'ad berjuang di tengah pengusiran penjajah Belanda, pengusiran tentara Jepang dan penumpasan gerakan 30 September yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kiai As'ad juga berperan sebagai mediator berdirinya ormas Islam terbesar di Indonesia, yakni jamiyah Nahdlatul Ulama dan anggota konstituante pada Tahun 1957 sampai dengan Tahun 1859.

Pada waktu itu Kiai As'ad juga dikenal dengan Kyai yang sakti mandraguna. Beliau memiliki karomah ilmu agama yang mumpuni dan dipadukan dengan ilmu beladiri.

Dalam catatan Kiai Haji Abdul Mun'im, pada saat tentara sekutu kembali melakukan agresi militer ke Indonesia, mereka telah menyiapkan titik yang strategis yang akan digempur dan dihancurkan.

Seperti yang telah mereka ketahui, di Indonesia memiliki Kiai Kiai yang berilmu sakti, mereka dianggap menjadi penghalang kolonialisasi penjajahan di Indonesia.

Pada saat pesawat pesawat penjajah mencari pesantren Kiai As'ad Syamsul Arifin, beliau menyembunyikan pesantrenya dengan wasilah songkok atau peci beliau di halaman pondok pesantren, serta menyuruh santrinya untuk memagari pesantren dengan benang.

Songkok dan benang tersebut sebelumnya oleh Kiai As'ad sudah dibacakan hizib, sehingga pesawat Belanda tidak bisa menemukan jejak keberadaan pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, serta tank tank Belanda pun tidak bisa mendeteksi keberadaan pesantren tersebut.

Pada hari berikutnya Kiai As'ad menyuruh santrinya meletakkan songkoknya di dalam hutan, kemudian santri tersebut membawa songkok Kiai, yang ke muda meletakkannya di hutan sesuai perintah Kiai Asad.

Benar saja, selang beberapa saat pesawat terbang Belanda kembali melacak keberadaan pesantren Kiai As'ad, kemudian mereka melihat bangunan pondok pesantren di tengah tengah hutan tersebut.

Akhirnya Belanda membombardir yang dikira bangunan bangunan pondok pesantren sampai luluh lantah.

Pada keesokan harinya seorang santri diperintah oleh Kiai As'ad untuk mengambil songkoknya yang kemarin diletakan di tengah hutan.

Sesampainya di hutan, santri tersebut terkejut karena melihat hancur terporak poranda karena di bombardir oleh tentara Belanda, sementara santri tersebut tambah heran lagi melihat songkok Kiai As'ad masih utuh tanpa rusak sedikitpun.

Bahkan, di hutan sebelah barat Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, terdapat jejak bangkai Tank Militer Belanda yang sudah terkubur tanah.

Melihat sedikit dari kisah ini, kita dapat belajar dari para ulama dan kiai dalam mendirikan bangsa ini.

Para ulama dan kiai tidak hanya berbekal akal, pikiran dan kekuatan fisik, namun juga berbekal dengan Hizib mujahadah, tarekat, dzikir, wirid pada Allah SWT.

Kiai As'ad Syamsul Arifin wafat pada 4 Agustus 1990 Masehi dan dimakamkan di komplek Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo Jawa Timur.

Saat ini Peziarah dari berbagai kota di nusantara sering melakukan ziarah ke makam tersebut untuk mengenang jasa beliau yang berjuang untuk Indonesia dan Dunia dari Situbondo.

Sementara Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo menjadi Wisata Budaya berbasis religi yang akan menambah experience bagi traveler.***


» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Bahrullah
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya