SUARA INDONESIA - Pada Kamis, 17 Oktober 2024, Israel mengumumkan telah membunuh Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar, dalam serangan drone yang dilakukan di Jalur Gaza bagian selatan.
Israel menilai Sinwar sebagai salah satu tokoh kunci yang bertanggung jawab atas serangan brutal pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.
Kematian Sinwar menjadi momen yang sangat signifikan, dan Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyatakan bahwa kejadian ini bisa menjadi kesempatan untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan di Gaza.
Dalam pernyataannya, Harris menegaskan, "Keadilan telah ditegakkan." Namun, pandangan ini tidak sejalan dengan analisis yang disampaikan oleh para pengamat Timur Tengah.
Menurut Yon Machmudi, seorang pengamat dari Universitas Indonesia, kematian Sinwar justru berpotensi memperkuat semangat perlawanan Hamas.
Ia menegaskan bahwa Hamas telah terbiasa kehilangan pemimpin, dan setiap kematian pemimpin mereka tidak serta merta menghentikan perjuangan mereka.
“Pembunuhan para pemimpin Hamas bukanlah solusi menuju perdamaian.
Ini justru menguatkan benih-benih perlawanan di kalangan Hamas dan kelompok-kelompok lain,” ungkap Machmudi dalam wawancaranya dengan VOA.
Pandangan ini diperkuat oleh Hasbi Aswar, pengamat hubungan internasional dari Universitas Islam Indonesia (UII).
Aswar menjelaskan bahwa meskipun kematian Sinwar mungkin membuat pejuang Hamas merasa terpukul, organisasi ini memiliki sistem pelatihan yang baik untuk mencetak calon pemimpin.
“Mereka telah melatih banyak pemimpin yang siap menggantikan jika ada pemimpin mereka yang tercedera atau terbunuh,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu pejabat politik Hamas, Khalil Al-Hayya, dalam pernyataan video menyatakan bahwa kematian Sinwar akan menjadi "insentif" bagi gerakan mereka untuk lebih tabah dan tekun dalam perjuangan.
Al-Hayya mengungkapkan, “Darah yang tumpah ini akan menerangi jalan perjuangan dan bahwa gerakan Hamas akan terus melanjutkan tekad para pemimpin dan martir demi berdirinya negara Palestina.”
Kematian Yahya Sinwar menjadi sinyal bahwa konflik di Gaza mungkin akan terus berlanjut, meskipun terdapat harapan untuk perdamaian.
Dengan situasi yang semakin kompleks, pertanyaan besar tetap ada: apakah tindakan ini akan membawa perubahan positif, atau justru memperparah kondisi yang ada?
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Tamara F |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi