SUARA INDONESIA

Menakar Peluang Kemenangan Paslon Karunia dan Patennang di Pilkada Situbondo, Siapa Lebih Unggul?

Syamsuri - 08 November 2024 | 23:11 - Dibaca 2.52k kali
Politik Menakar Peluang Kemenangan Paslon Karunia dan Patennang di Pilkada Situbondo, Siapa Lebih Unggul?
Pengamat politik Situbondo, Arief Ma'ruf Riscahyono. (Foto: Istimewa)

SUARA INDONESIA, SITUBONDO - Pelaksanaan pemilihan Calon Bupati dan Wakil Situbondo 2024 tinggal menghitung hari. Jika melihat dari sisi dukungan, pasangan 01 Yusuf Rio Wahyu Prayogo-Ulfiyah adalah kandidat terkuat dibanding pasangan 02, Karna Suswandi-Khoirani. Di atas kertas, paslon penantang lebih unggul ketimbang paslon petahana.

Hal tersebut disampaikan pengamat politik Situbondo, Arief Ma'ruf Riscahyono, saat dihubungi lewat telepon selulernya di Surabaya, Jumat (08/11/2024).

Menurut dia, setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi perhitungan pasangan dengan jargon Patennang itu akan menang. Pertama, karena diusung dan didukung partai pemilik 35 kursi di DPRD Situbondo. Itu setara dengan 77 persen lebih dukungan. Belum lagi dukungan partai nonparlemen.

Pasangan nomor urut 01 ini juga didukung oleh dua kutub kultur yang selama ini selalu menjadi pemenang pilkada, ketika keduanya tidak bersatu.

"Jadi, kalau dilihat dari fakta di lapangan selama era pemilihan langsung, pemenang pilkada selalu yang didukung salah satu kutub kultur yang afiliasi politiknya ke PKB (tengah) atau PPP (timur). Apalagi, status petahana (Karna Suswandi) ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Ini bisa jadi akan menggerus elektabilitas dan kredibilitasnya," ujar Arief.

Dia menjelaskan, sepertinya kutub kultural di wilayah barat, juga mendukung 01. Ini bisa ditandai dari banyaknya pentolan kultur kutub barat Situbondo bergerak bersama pasangan nomor urut 01, Mas Rio dan Mbak Ulfi.

Namun, jelas Arief, semua itu baru di atas kertas. Bagaimana peluang petahana di lapangan? Ternyata ada beberapa kondisi di lapangan yang bisa memporak-porandakan keunggulan di atas kertas pasangan penantang.

"Ternyata dukungan parpol terhadap 01, tampaknya tidak selalu sejalan dengan dukungan pemilihnya di akar rumput. Dengan kata lain, partai pengusung maupun pendukung, tidak solid," bebernya.

Maka jangan heran kalau ada dugaan pertemuan rahasia antara kader PPP dan Pak Karna. Atau jika ada pengurus partai pengusung dan pendukung 01 yang menjadi tim sukses pasangan 02. Tentu saja mereka bergerilya meski hampir pasti tidak dengan sepengetahuan pengurusnya.

"Fakta ini akan semakin membuat pasangan 01 berat ketika akomodasi untuk partai-partai, tidak seperti yang diharapkan. Tidak bisa pasangan calon bupati dan wakil bupati hanya mengandalkan perolehan suara partai dalam caleg lalu. Pileg adalah satu hal, pilkada adalah hal lain,” terangnya.

“Caleg memodali dirinya sampai berutang ke mana-mana untuk mendapat kursi DPRD, tetapi dalam kontestasi pilkada, tidak mungkin caleg membantu penuh dengan berkorban membiayai pasangan calonnya," imbuhnya.

Oleh karena itu, Arief menambahkan, ketika akomodasi macet, maka mesin partai tidak akan berjalan maksimal atau bahkan macet pula. Bisa juga ada kecenderungan, sikap kultur dalam politik, sudah diabaikan masyarakat.

"Hal ini sudah terbukti dalam Pilpres 2024. Di Kabupaten Situbondo didukung dua kutub kultur, terkapar oleh capres yang didukung petahana. Bukan tak mungkin, petahana beck to beck mengalahkan calon yang didukung kultur," imbuhnya.

Lebih lanjut, Arief menjelaskan, terkait status tersangka Pak Karna, ternyata di lapangan tidak terlalu ada pengaruh yang signifikan untuk bisa mempengaruhi elektabilitasnya, meski sudah dieksploitasi sedemikian rupa.

"Fakta itu kemungkinan karena sikap Pak Karna yang layaknya seorang petarung. Bayangkan saja, ketika ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, beberapa partai yang sejak awal mendukung, berubah haluan. Partai Golkar dan PDIP misalnya,” ungkapnya.

“Bukan hanya itu, partai pengusung sempat mendesak agar Pak Karna mundur melalui mekanisme tes kesehatan. Tapi, Pak Karna tetap bersikeras maju dan mengunci kontestasi dengan aturan tidak boleh diganti dan tak bisa dukungan dicabut," tambahnya.

Sampai di sini, Arief berujar, banyak orang mengira dengan status tersangka, Pak Karna akan kehilangan pamor. Nyatanya, program-programnya yang dikucurkan kepada masyarakat dianggap berhasil oleh banyak pihak, khususnya kalangan akar rumput.

"Seperti program Sehati, dianggap membantu masyarakat miskin. Dan keunggulan petahana sejak dulu, terbantu dengan program bansos. Yang terakhir ini, mungkin yang tak dimiliki pasangan nomor urut 01," bebernya.

Keunggulan Pak Karna ini, imbuh Arief, semakin sempurna dengan pergerakan Nyai Khoi. Simpati masyarakat semakin besar ketika wanita yang rendah hati ini direndahkan oleh seorang tokoh 01.

Maka dia memprediksi, wilayah barat yang notabene asal Nyai Khoi diperkirakan akan menyumbang suara yang signifikan bagi pasangan nomor urut 02. “Bukankah simpati akan selalu mengalir pada pihak yang dizalimi?” tuturnya.

"Pertarungan yang sesungguhnya akan terjadi di wilayah tengah dan timur. Siapapun pemenangnya, diperkirakan hanya akan menang tipis di dua wilayah ini," jelasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Syamsuri
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya