SUARA INDONESIA

Bangkit dari Pandemi, Warga Tunjung Sekar Malang Ubah Limbah Popok Jadi Lampu Hias

- 09 March 2021 | 11:03 - Dibaca 2.09k kali
Features Bangkit dari Pandemi, Warga Tunjung Sekar Malang Ubah Limbah Popok Jadi Lampu Hias
Ibu-ibu RT 10, Gang Piranha Atas, Kelurahan Tunjung Sekar, Kota Malang mengolah limbah popok jadi lampu hias. (Foto: Savira Alvionita)

MALANG - Sudah genap dua semester sejak pandemi menghinggapi negeri. Ibarat anak kuliah, dua semester adalah waktu yang pas untuk beradaptasi dan membiasakan diri dengan iklim yang akan di hadapi.

Begitupun Rona yang sudah mulai pandai menyesuaikan diri hingga bermutasi. Namun, akibat kelihaiannya dalam beradaptasi, banyak orang yang justru merasa rugi.

Jutaan orang harus rela menghadapi kerasnya badai krisis ekonomi. Dari jutaan orang tersebut terdapat segelintir orang yang berani bangkit dan berdiri, menghadapi pandemi berbekal ide dan inovasi.

Salah satu dari segelintir orang tersebut adalah ibu-ibu RT 10, Gang Piranha Atas, Kelurahan Tunjung Sekar, Kota Malang.

Diinisiasi oleh Debbie salah satu warga RT 10, Gang Piranha Atas, ibu-ibu tersebut mampu mengubah limbah popok bayi menjadi lampu hias yang bernilai tinggi.

Lampu hias itu dinamakan Sekar Light, diambil dari nama Kelurahan Piranha Atas yaitu Tunjung Sekar.

Berawal dari keresahan karena sering di datangi oleh para rentenir yang kerap menawarkan jasa pinjaman utang kepada warga dikala pandemi.

Debbie ingin warga bisa lepas dari pinjaman sesaat lintah darat tersebut. Berbekal pelatihan yang diadakan oleh RW setempat, Debbie memberdayakan ibu-ibu gang-nya tentang ilmu yang didapatkannya saat pelatihan.

"Jadi memang dari RW selalu ada pelatihan setiap satu bulan sekali. Pelatihannya banyak, mengolah macem-macem, seperti makanan, limbah dan lainnya. Kebetulan saya kemaren jadi perwakilan. Dan kebetulan kemaren pelatihannya tentang diapers," jelas Debbie kepada suaraindonesia.co.id, Kamis (04/03/2021) lalu.

Awalnya pelatihan yang di peroleh Debbie adalah mengubah produk diapers/limbah popok bayi menjadi pot bunga.

Namun karna ingin tampil beda, dengan sedikit inovasi Debbie menginisiasi ide lain yaitu mengubahnya menjadi lampu hias.

"Saya kan punya bayi, kalo main semen itu efek ke tangan gak baik jadi kasar, nah kalo bikin pot dari popok itu kan pakek semen. Dari situ pingin beda, pingin nampilin karya lain, nah ketemunya ini (red, lampu hias)," tambah Debbie.

Ditemani dengan dua orang lainnya, Hendro dan Suliani, Debbie membuat lampu hias sesuai pesanan.

Debbie menjelaskan saat ini produksi Sekar Light masih dalam jangkauan yang kecil yaitu hanya dijual kepada warga sekitar saja. Hal tersebut di karenakan tenaga produksi yang masih sedikit pula.

Untuk proses pembuatan satu lampu hias sendiri bisa memakan waktu sampai tiga hari lamanya. Satu lampu hias di bandrol dengan harga yang relatif terjangkau yaitu 75 sampai 150 ribu rupiah saja, tergantung ukuran dan motif yang di pesan.

Meskipun terjangkau, pihaknya tetap menawarkan fasilitas yang terbaik salah satunya adanya sistem garansi.

"Kita garansi, ini pakek led 9 watt, udah ramah lingkungan, garansi 1 tahun. Jadi kalo ada masalah sama lampunya bisa kesini kita ganti," ujar Debbie.

Debbie mengatakan pihaknya sangat bersyukur dengan adanya pelatihan yang diadakan oleh RW setempat.

Karna dengan begitu secara tidak langsung membuatnya dan para warga sadar bahwa tidak selamanya limbah itu harus selalu di perlalukan seperti limbah pada umumnya, dengan kreatifitas dan inovasi limbah juga bisa di ubah menjadi produk yang bermanfaat bahkan memiliki nilai jual.

"Dengan adanya pelatihan seperti ini kita juga jadi aware, ternyata bisa seperti ini (red, mengubah limbah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi). Yang sebelumnya hanya di buang di sungai," ujar Debbie.

Reporter: Savira Alvionita

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta :
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV